LAPORAN KULIAH
KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI
TUMBUHAN RENDAH
“ALGA DI KONDANG MERAK”
Dosenpengampu :
Ainun Nikmati Laili, M.Si
Oleh :
Nama : Ika Rinda Rosana
NIM : 11620017
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya
akan keanekaragaman fauna dan flora. Tumbuhan Tingkat Tinggi dan Tumbuhan
Tingkat Rendah tidak jarang kita temui di tanah air ini.
Alga merupakan jenis tumbuhan
tingkat rendah atau tumbuhan talus yang hidup di air tawar dan juga air laut.
Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang belum dapat dibedakan akar, batang dan
daunnya. Tumbuhan yang berbentuk talus dimasukkan dalam divisi thallophyta.
Alga terdiri dari berbagai spesies.
Untuk mengetahui macam-macam spesies dari alga perlu diadakannya PKL (Praktik
Kerja Lapangan), sehingga mahasiswa dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi ciri-ciri
morfologi alga maupun habitat dari masing-masing spesies alga tersebut. Dalam
hal ini, maka Praktik Kerja Lapangan dengan mengamati berbagai macam alga ini
dilakukan di Pantai Kondang Merak Malang Selatan. PKL ini dilaksanakan di
Pantai Kondang Merak karena di dalam pantai ini terdapat banyak spesies dari
alga.
Pentingnya melakukan Praktik Kerja
Lapangan ini adalah agar mahasiswa mengetahui macam-macam tumbuhan tingkat
rendah dari alga makroskopik. Antara lain engetahui habitat, bentuk, warna,
bagian-bagian dan jenis alga tersebut.
1.2
Tujuan
·
Mengenal
spesies dari divisi alga
·
Mengetahui
ciri-ciri dari spesies alga
·
1.3
Manfaat
·
Untuk
mengenal spesies-spesies dari divisi alga
·
Untuk
mengetahui cirri-ciri dari spesies alga
BAB II
METODOLOGI
2.1
Waktu
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada hari Kamis-Jum’at
(15-16 Nopember 2012) pada zona pasang surut.
2.2
Tempat
Praktik Kerja Lapangan ini
dilaksanakan di Pantai Kondang Merak Malang Selatan Jawa Timur.
2.3
Alat
1)
Alat
tulis
2)
Buku
Panduan
3)
Ice
box
4)
Alat
dokumentasi
5)
Plastik
6)
Toples
2.4
Bahan
1)
Sampel
makroalga
2)
Larutan
herbarium
3)
Es
batu
2.5
Cara
kerja
1)
Dambil
sampel dari spesies alga yang ada di Pantai Kondang Merak pada zona pasang
surut
2)
Disimpan
dalam ice box
3)
Dibuat
herbarium basah
1.
Direndam
alga di dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat.
Perendaman selama 48 jam
· Larutan fiksatif untuk
memfiksasi alga: Asam asetat glacial 5
ml
Formalin 10 ml
Etil alcohol atau alcohol 80% 50 m
· Larutan tembaga sulfat untuk mempertahankan warna : Tembaga sulfat
0,2 gr
Aquades 35 ml
2.
Dibuang
larutan fiksatif setelah 48 jam
3.
Diisi
toples dengan alcohol 70% sebagai pengawet
4.
Dimasukkan
alga ke dalam toples
5.
Ditutup
toples yang berisi alga tersebut
6.
Diberi
label dengan nama spesies alga
4)
Dilakukan
pengamatan
BAB III
HASIL
3.1
Codium decorticatum
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
|
Keterangan
:
1.
Panjang
blade 14 cm
2.
Lebar
blade 7 cm
Kerajaan
Plantae
Divisi Chlorophyta
Kelas Chlorophyceae
Bangsa Bryopsidales
Suku Codiaceae
Marga Codium
Jenis Codium decorticatum
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, dapat dilihat bahwa Codium decorticum mempunyai panjang blade 14 cm
dan llebar blade 7 cm. warnanya hijau tua. Oleh karena itu ia digolongkan dalam
divisi chlorophyta.
Divisi Chlorophyta yang lebih dikenal atau populer dengan sebutan alga
hijau, yaitu kelompok terbesar dari alga yang terdiri dari lebih kurang 429
marga dan 6600 jenis. Anggotanya 90% hidup di air tawar, sisanya hidup di air
laut dan, beberapa ada yang hidup di air payau. Alga air tawar dapat dijumpai
di mana saja asalkan lembab dan cukup cahaya. Alga air laut umumnya tumbuh pada
perairan yang dangkal sepanjang pantai dan sering melekat pada substrat yang
keras seperti batu dan batu karang (Birsyam, 1992).
Sebaran alga hijau terdapat terutama
di daerah litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah atas daerah pasang
surut, dan tepatnya pada kedalaman 10 meter atau lebih, yang habitatnya
mendapat penyinaran matahari yang baik. Alga ini terdapat melimpah di perairan
hangat (tropik) (Birsyam, 1992).
Menurut Gupta (1981) dalam Dewi
(2006) Chlorophyta dikenal dengan
ciri-ciri yang sangat khas yaitu:
1.
Mempunyai
pigmen yang terdapat dalam kloroplas yang didominasi oleh klorofil a dan b sehingga menyebabkan alga
ini berwarna hijau
2.
Produk
asimilasi berupa pati yang dalam pembentukkannya berhubungan dengan pirenoid
3.
Gamet
mempunyai 2 atau 4 flagel tipe whiplash yang
sama panjangnya terletak pada bagian anterior
4.
Reproduksi
seksual isogami, anisogami, dan oogami
5.
Setiap
sel mempunyai inti sejati (ada membran inti)
6.
Dinding sel terdiri atas selulosa
Reproduksi Chlorophyta dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara vegetatif,
aseksual, dan seksual. Reproduksi vegetatif dapat terjadi dengan patahnya
thallus atau pigmen menjadi dua atau lebih, dan setiap patahan akan tumbuh
menjadi individu baru. Reproduksi aseksual dengan zoospore yang dihasilkan oleh
sel vegetatif yang berfungsi sebagai sporangia. Reproduksi secara seksual
melalui proses plasmogami, kariogami, dan meiosis yang terjadi secara berurutan.
Gamet dibentuk dalam gametangium. Sel telur dihasilkan oleh oogonium dan
anterozoid yang dihasilkaan anteridium (Bold, 1978).
Thallus tegak silindris dekat
pangkal, agak gepeng pada percabangan, percabangan dichotomus, agak membesar di
bagian percabangan, warna hijau pekat. Membentuk rumpun yang rimbun (Bold,
1978).
Thalli silindris, halus, licin dan
lunak seperti spon, warna hijau abu-abu atau kebiru-biruan, percabangan
dichotormus dengan percabangan utama lebih memusat ke bagian pangkal thallus,
membentuk rumpun radial yang rimbun sehingga berkesan menumpuk, thallus
terjalin hijau untuk coklat kehijauan, membentuk suatu massa spons. Cabang
silinder, 3 sampai 7 mm dengan diameter, melekat satu sama lain pada titik saja
dengan bantal kecil seperti struktur rhizoidal. Bercabang dikotomis untuk
subdichotomous, membentuk sudut lebih dari 45 tapi kurang dari 0 derajat, lebar
filament medulla 42-69 m (Tjitrosoepomo, 195).
Tumbuh pada habitat batu atau pasir
di daerah rataan terumbu dengan sebaran agak luas di perairan Indonesia(Bold,
1978).
Tumbuh dengan sebaran yang agak
meluas, terutama di daerah terumbu. Menempel pada batu. Samudera Hindia : di
Maladewa, Samudera Pasifik : dari Taiwan ke Papua Nugini, termasuk spermonde
Archipelago, Indonesia dan Negara Federasi Mikronesia, timur kepulauan Hawaii.
Dapat juga diketemukan antara lain di daerah perairan Pantai Selatan Jawa
(Bold, 1978).
Diperoleh informasi bahwa Codium
decorticatum memiliki aktivitas anti bakteri bagi E.coli. aktivitas anti
bakteri bagi EPEC DII.3 mulai terlihat pada pemberian ekstrak Codium dengan
konsentrasi 10 %. Penambahan konsentrasi ekstrak meningkatkan daya efektifitas
antibakteri tersebut sampai konsentrasi 50 % akan nyata pada daya aktivitas
antibakteri ekstrak Codium. Codium decorticatum juga dapat digunakan
langsung untuk bahan makanan. Dapat bertahan hingga 10 hari dalam lemari
pendingin (Bold, 1978).
3.2
Sargasum poyicystum
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
|
Keterangan
:
1.
Panjang
9 cm
2.
Lebar
4 cm
3.
Panjang
holdfast 1 cm
4.
Panjang
stipe 2,5 cm
5.
Panjang
blade 1,5 cm
6.
Panjang
air blade 1,5 cm
Kerajaan Plantae
Divisi Phaeophyta
Kelas Phaeophyceae
Bangsa Fucales
Suku Sargassaceae
Marga Sargassum
Jenis Sargassum
polycystum
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa Sargassum polycystum
merupakan alga dengan ukuran 9x4 cm. panjang holdfastnya 1 cm, panjang stipe
2,5 cm, panjang blade 1,5 cm dan panjang air blde 1,5 cm. Sargassum polycystum
masuk dalam divisi phaeophyta. Warna sebenarnya cokelat, namun pada pengamatan
terlihat berwarna hijau karena sudah terkontaminasi dengan alga chlorophyta.
Sargassum polycystum merupakan salah
satu spesies dari makroalga divisi Phaeophyta. Phaeophyta secara umum memiliki
bentuk thallus lembaran, bulat, atau menyerupai batang. Warna thallus coklat.
Phaophyta memiliki pigmen fotosintetik klorofil a dan c, xantofil, fukoxantin,
dan diatosantin. Cadangan makanan phaeophyta berupa laminarin dan mannitol.
Dinding sel umumnya mengandung asa alginate dan fucinat (Bold, 1978).
Ciri-ciri umum. Thalli silindris berduri-duri
kecil merapat, holdfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara
karakteristik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah.
Batang pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun (Bold, 1978).
Habitat. Sebaran. Alge yang
kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropics. Bukan merukan alge endemic
perairan Indonesia, tetapi banyak ditemukan di perairan nusantara terutama di
KTI (Pandey, 1985).
Di daerah tropis, sargassum,
turbinaria dan hormophysa merupakan spesie penghasil alginate. Namun di
Indonesia marga yang lebih umum dijumpai dan melimpah ruah adalah Sargassum dan
Turbinaria(Pandey, 1985).
Sargasum
terdapat teramat melimpah mulai dari air surut pada pasang surut
setengah ke bawah. Alga ini hidup pada batu atau bongkahan karang dan dapat
terbedol dari substratnya selama ombak besar menghanyutkannya ke permukaan laut
atau terdampar di bagian atas pantai. Warnanya bermacam-macam dari coklat muda
sampai coklat tua. Alat pelekatnya terdiri dari cakram pipih. Dari cakram ini
muncul tungkai yang pendek silindrik yang tegak. Dari tangkai yang pendek ini
muncul poros-poros silidrik panjang. Masing-masing poros ini dapat mencapai 1 m
panjangnya di daerah bawah litoral dimana Sargasum
hidup. Pada poros yang silindris dengan diameter 3 mm terdapat bentuk-bentuk
seperti daun, kantong udara, dan cabang-cabang perkembangbiakan (Poluni, 2004).
Manfaat. Bisa
dimanfaatkan sebagai bahan ekstraksi alginat. Manfaat lainnya belum diketahui.
Potensi. Belum jelas. Tidak dibudidayakan (Loveless, 1989).
Menurut dr. Kurniadi, dokter di
RSUD Raden Mattaher, alga terutama alga coklat mengandung besi, yodium dan
mineral-mineral lainnya. Selain itu Sargassum mengandung senyawa untuk
anti-bakteri, anti-tumor, anti-tekanan daraj tinggi, mengatasi gangguan
kelenjar dan penyakit gondok. “Hasil penelitian alga coklat jenis Sargassum
yang potensial untuk bahan makanan dan obat-obatan adalah Sargassum
polycystum”, jelasnya pada Jambi Independent.
Hasil uji farmakologi, Na-alginat
merupakan senyawa serat yang mudah larut dalam air, membentuk suatu larutan
kental dan tidak bias dicerna oleh cairan yang disekresi dalam saluran cerna.
Saat larut dalam air, serat natrium alginate membentuk kisi-kisi seperti jala
yang mampu mengikat kuat banyak molekul air dan menahan zat terlarut air dengan
baik. “serat yang larut dalam air dapat menurunkan kadar kolesterol secara
efektif”, jelas Kurniadi lagi. Karena serat akan mengikat asam empedu yang
berguna untuk mengemulsikan lemak dan kolesterol yang terdapat dalam system
saluran cerna, lalu membawanya keluar tubuh bersama dengan tinja sehingga kada
asam empedu dalam tubuh jadi berkurang.
3.3
Turbinaria ornate
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
|
Keterangan :
1)
Panjang
7 cm
2)
Lebar
3 cm
Kerajaan
Plantae
Divisi Phaeophyta
Kelas Phaeophyceae
Bangsa Fucales
Suku Sargassaceae
Marga Turbinaria
Jenis Turbinaria
ornata
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan dapat terlihat jelas bahwa ukuran
Turbinaria ornata adalah 7x3 cm.
warnanya cokelat dan bentuknya seperti turbin.
Turbinaria di Indonesia telah dapat diidentifikasi
sebanyak empat jenis yaitu T.ornta, T. conoides, T. murrayana, dan T.
deccurens. Sebaran, habitat, dan kandungan zat kimianya hamper sama dengan
Sargassum sp (Setiowati, 2007).
Turbinaria terdiri dari tiga jenis yang tercatat, T. connoides, T. decurrens, dan T.ornate.
Mereka mempunyai cabang-cabang silindrik dengan diameter 2-3 mm dan
mempunyai cabang lateral pendek dari 1-1,5 cm panjangnya. Ini berakhir pada
sebuah reseptakel dengan pinggiran bergerigi dan garis tengahnya kira-kira 1
cm. Alga ini terdapat di pantai berbatu dan paparan terumbu (Sulisetjono,
2009).
Perbedaan dengan jenis lainnya,
jenis ini memiliki daun yang umumnya seperti corong dengan pinggir bergerigi.
Karakteristik jenis ini adalah pinggir daunnya membentuk bibir dengan bagian
tengah daun melengkung ke dalam (Sulisetjono, 2009).
Memiliki struktur
thallus agak keras atau kaku, tebal serta tubuh yang tegak. Turbinaria
ornata merupakan alga yang hidup pada karang. Rhizoid Turbinaria ornate
akan terlihat menyebar pada permukaan karang di zona intertidal. Dapat hidup
dalamkelompok kecil maupun ada dalam kelompok yang penyebarannya sangat luas.
Sebagian besar berwarna cokelat kekuningan sampai cokelat tua dengan
bintik-bintik cokelat tua (Taylor, 1960).
Tumbuh tersebar luas di perairan
Indonesia terutama di perairan terumbu karang Termasuk jenis algae yang umum di
dapat di perairan Indonesia (Taylor, 1960).
Turbinaria ornata merupakan alga tropis yang menyebar hamper di seluruh perairan
tropis termasuk pula Indonesia dan Maluku pada khususnya. Di Indonesia, Turbinaria
ornata menyebar pada beberapa daerah seperti di perairan sekitar kepulauan
Riau, Lampung, Jawa Selatan, Madura, Bali, NTB, NTT, Sulawesi dan beberapa
pulau di Maluku. Awalnya orang hanya memanfaatkan Turbinaria ornata
sebagai bahan makanan yakni sebagai sayur-sayuran dalam kehidupan sehari-hari.
Kandungan kimianya adalah alginat
dan iodine. Kandungan alginate yang dimiliki Turbinaria ornata yang
diekstraksi secara maksimal sangat bernilai ekonomis. Di Maluku, Turbinaria
ornata dimanfaatkan sebagai bahan baku industry, bahan baku farmasi, bahan
baku kertas sampai bahan makanan. Secara umum, Turbinaria ornata hanya
dimanfaatkan sebagai bahan sayuran biasa yang nilai ekonomisnya masih sangat
rendah (Taylor, 1960).
Kini orang mulai melirik Turbinaria
ornata sebagai bahan baku industry akibat kandungan alginate yang
dimilikinya. Namun sangat disayangkan perkembangan industri pemanfaatan rumput
laut di Indonsia masih belum secanggih Negara-negara lain sehingga pemanfaatan
sumber daya rumput laut di Indonesia sebagian besar hanya sampai pada tahap
eksport bahan baku. Biasanya Turbinaria ornata dieksport ke Filipina
yang kemudian akan diolah menjadi beraneka produk disana (Nontji, 1993).
Kandungan kimia yang terkandung
dalam tubuh Turbinaria ornata adalah alginate dan iodine. Alginate
adalah polisakarida yang berasal dari getah selaput dari alga coklat Phaeophyta.
Di Indonesia alga coklat penghasil alginate yang banyak dijumpai adalah
Sargassum dan Turbinaria. Namun, Turbinaria mempunyai kandungan asal alginate
yang lebih tinggi (20-22%) dari Sargassum (13-18%) (Taylor, 1960).
Manfaat dari Turbiaria ornata
antara lain adalah dalam bidang farmasi alginate digunakan dalam patologi
pencernaan. Turbinaria ornata juga dimanfaatkan untuk bahan cetakan gigi
dan bahan pembersih gigi. Alginate yang terkandung dalam Turbinaria ornata
tidak mengandung racun. Jadi bias digunakan pada industry makanan seperti pada
pembuatan es krim sebagai stabilisator dan mencegah terjadinya kristal es. Alginate
digunakan pada makanan dingin untuk meningkatkan tekstur selama proses
freez-thaw. Alginate juga digunakan sebagai lapisan kertas, industry kartun
tekstil dan cat, keramik, bahan pembuat tablet, alat pengkilap, juga digunakan
dalam plastic, vulcanite fiber, industri kulit imitasi, produk gelas dan industri
(Nybakken, 1992).
Dalam Dewi
(2006), karakteristik pada Phaeophyta sebagai berikut.
·
Pigmentasi
o
Alga
coklat mempunyai klorofil a dan c, alfa dan beta karoten dan beberapa
flavosantin dan leutin. Xantofil (fukosantin dan violaksantin) dalam jumlah
banyak sehingga menyebabkan warna coklat sampai hijau kecoklatan. Pigmen
terletak dalam plastid dengan tilakoid.
- Cadangan
makanan
o
Berupa
laminarin, manitol, dan lemak. Pada beberapa jenis mengandung algin dan asam
alginate sebagai komponen penyusun dinding selnya.
- Motilitas
o
Alga
coklat tidak ada yang uniseluler. Sel-sel reproduktif baik zoospora maupun
gamet yang mempunuyai flagella yang umumnya terdapat pada bagian lateral yang
tidak sama panjang. Flagel pada bagian anterior yang lebih panjang memiliki
tipe tinsel dan pada bagian yang posterior lebih pendek memiliki tipe whiplash.
- Dinding
sel
o
Dinding
sel menghasilkan asam alginat, banyak terdapat pada tipe-tipe yang disebut
“kelp” dan “fukoid”. Asam alginate memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Biasanya digunakan sebagai stabilizer produk-produk komersial lainnya seperti
produk “rumput laut” yang dapat dimakan.
Alga coklat banyak ditemukan pada
habitat air laut dan hanya tiga jenis yang terdapat pada air tawar. Yang hidup
di air laut terutama terdapat di daerah yang beriklim dingin dan tidak banyak
yang terdapat di daerah tropik. Tumbuhan baik pada daerah litoral atau daerah
pasang surut, tetapi tipe kelp terdapat pada perairan sublitoral. Jenis-jenis Sargasum dan Turbinaria terdapat di daerah tropik dan subtropik (Loveless,
189).
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatn
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa spesies alga yang ditemukan di
Pantai Kondang Merak antara lain adalah :
1)
Codium decorticatum
Merupakan spesies dari divisi chlorophyta. Habitatnya di batu atau pasir di
daerah rataan terumbu dengan sebaran agak luas di perairan Indonesia. Dapat
bermanfaat untuk bahan makanan dan dapat bertahan hingga 10 hari
dalam lemari pendingin.
2)
Sargassum polycystum
Habitat sebaran, ditemukan di daerah tropis hingga
subtropics. Manfaat. Bisa dimanfaatkan sebagai
bahan ekstraksi alginat.
3)
Turbinaria ornate
Tumbuh tersebar luas di perairan Indonesia terutama di
perairan terumbu karang Termasuk jenis algae yang umum di dapat di perairan
Indonesia.
4.2
Saran
Alangkah baiknya jika identifikasi dilakukan di tempat PKL / Pantai
Kondang Merak agar lebih mudah mengetahui nama dari spesies, serta agar spesie
yang diamati masih terlihat segar. Untuk proses identifikasi lebih baik jika
didampingi oleh asisten agar praktikan lebih mudah dalam mengidentifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Birsyam,Inge,
1992, Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Bold, 1978,Intruduction
to the algae, Structur and Reproduction. New Delhi: Prentice Hall Of
India
Dewi, Puspita.
2006. Keanekaragaman Alga Makroskopis
Pada Zone Litoral di Beberapa Pantai Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
Jakarta : Gramedia
Loveless, A.R.
1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2.
Jakarta: Gramedia
Nontji, A.
1993, Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan
Nybakken, J. W.
1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT
Gramedia
Pandey, S. N.
1995. A textbook of Algae. Jakarta: Vikas Publishing
Polunin,
Nicholas. 2004. Pengantar Geografi Tumbuhan. Yogyakarna. UGM
Press
Setiowati.
2007. BIOLOGI. Jakarta :Erlangga
Sulisetjono.
2009. Alga. Malang: UM Press
Taylor, W. R.
1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical
Coast of the Americans.
New York: Ann Akbor University of
Michigan Press
Tjitrosoepomo.
1995. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta. UGM Press
LAMPIRAN
Dokumentasi di Pantai Kondang merak
Dokumentasi di Pantai Kondang Merak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar