Senin, 03 Juni 2013



Laporan KKL Purwodadi Taksonomi Tumbuhan Tinggi


LAPORAN KULIAH KERJA NYATA (KKL)
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI DI KEBUN RAYA PURWODADI

Dosen Pengampu :
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Sulisetjono, M.Si


Oleh :
Nama Ika Rinda Rosana
NIM    11620017





JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Taksonomi tumbuhan merupakan suatu ilmu yang mengkhususkan diri dalam kegiatan identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi tumbuhan. Kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan morfologi dan anatomi tumbuhan yang dimaksud. Karena klasifikasi tumbuhan adalah proses penempatan tumbuhan ke dalam tingkatannya masing masing berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak.
Kebun Raya Purwodadi merupakan Kebun botani (atau taman botani) atau suatu lahan yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi exsitu (di luar habitat). Selain untuk penelitian, kebun botani dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Arboretum adalah semacam kebun botani yang mengkoleksi pepohonan. Hal inilah yang mendorong praktikan untuk memilih Kebun raya Purwodadi sebagai lahan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sehingga sangat cocok dalam menambah wawasan keilmuwan praktikan dalam keanekaragaman tanaman.
Dalam Al qur’an dijelaskan dalam surat Al An’am ayat 95
إِنَّ اللّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ ﴿٩٥﴾
095. Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan bebagai macam tumbuhan di bumi sehingga manusia mampu untuk mempelajari kenekaragaman tumbuhan yang telah Allah ciptakan. Hal ini juga lah yang membuat manusia harus selalu bersyukur atas nikmat yang selalu Ia berikan.
Tectona grandis merupakan salah satu tanaman yang ada di dalam Kebun Raya Purwodadi. Alasan praktikan mengambil spesies ini adalah karena sesuai dengan pengetahuan praktikan, manfaat yang terkandung dari spesies ini banyak sekali, mulai dari batang dan daunnya.

1.2  Tujuan
Tujuan dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah :
1.      Praktikan mampu mengetahui berbagai spesies tumbuhan yang ada di Kebun Raya Purwodadi
2.      Praktikan mampu mengidentifikasi salah satu spesies yang ada di dalam Kebun Raya Purwodadi secara khusus













BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Kebun Raya
Kebun botani (atau taman botani) adalah suatu lahan yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi ex-situ (di luar habitat). Selain untuk penelitian, kebun botani dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Arboretum adaalh semacam kebun botani yang mengkoleksi pepohonan (Indrawan, 2009).
Dalam kebun botani, tumbuhan koleksi dipelihara dan diberi keterangan nama dan beberapa informasi lainnya yang berguna bagi pengunjung. Dua tambahan penting bagi suatu kebun botani adalah perpustakaan dan herbarium. Keduanya diperlukan untuk kegiatan penelitian dan dokumentasi. Identifikasi/klasifikasi adalah hal yang umum dilakukan di kebun botani. Kebun botani dapat pula memiliki bangunan khusus untuk menumbuhkan koleksi yang tidak dapat hidup pada iklim alami tempat itu atau memerlukan perawatan khusus. Bangunan khusus ini dapat berupa rumah kaca atau klimatron dan iklim buatan dapat dibuat di dalamnya (Indrawan, 2009).
Umumnya kebun botani dapat dikunjungi umum. Pemilik kebun botani dapat suatu lembaga tertentu, negara, maupun perorangan. Namun demikian, tidak semua kebun botani dibuka untuk umum, contohnya Chelsea Physic Garden (Indrawan, 2009).
Kebun botani di Indonesia tidak banyak. Kebun botani milik negara di Indonesia memakai nama "Kebun Raya" karena ukurannya yang luas. Di bawah LIPI/negara terdapat empat kebun botani, yaitu Kebun Raya BogorKebun Raya Cibodas, [[Kebun Raya Purwodadi]] (di utara Malang), dan Kebun Raya Eka Karya Bali di Bedugul, Bali. Puspiptek Serpong juga memiliki Kebun Botani Puspiptek Serpong.Taman Buah Mekarsari adalah kebun botani yang mengkhususkan diri bagi tanaman buah-buahan. Di Tawangmangu juga terdapat taman koleksi tanaman obat-obatan milik Balittro (Indrawan, 2009).



2.2  Sejarah Kebun Raya Purwodadi
Kebun Raya Purwodadi adalah sebuah kebun penelitian besar yang terletak di Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia. Luasnya mencapai 85 hektar dan memiliki sekitar 10.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan (Indrawan, 2009).
kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking atas prakarsa Dr. Dirk Fok van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941 sebagai pemekaran dari Stasiun Percobaan 's Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indrawan, 2009).
Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar perkebunrayaan yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti. Dalam perkembangannya diharapkan Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitihan tumbuhan iklim kering di daerah tropis (Indrawan, 2009).

2.3  Koleksi tumbuhan di Kebun Raya Purwodadi
Data dari Kebun Raya Purwodadi menyebutkan, koleksi tumbuhan di kebun raya seluas 85 hektare ini, terdiri dari 11.516 spesimen yang terbagi dalam 169 suku dan 1864 jenis (Indrawan, 2009).
Kebun Raya Purwodadi yang salah satu tupoksinya adalah konservasi memiliki beberapa koleksi tanaman baik langka maupun tidak langka dari seluruh indonesia yang terus menerus berusaha dibudidayakan dan ditambah koleksinya. Eksplorasi untuk menemukan dan mengkonservasi jenis-jenis yang masih murni terus kami lakukan untuk melindungi flora indonesia. Adapun beberapa koleksi utama Kebun Raya Purwodadi adalah (Indrawan, 2009):
2.3.1        Anggrek
Ditempatkan di rumah kaca yang kondisinya disesuaikan dengan habitat alaminya. Ada sekitar 2.344 spesimen anggrek alam yang terdiri atas 319 jenis, 69 marga, dan 277 masih sp.. Sekitar 7 jenis merupakan anggrek endemik Jawa Timur seperti Appendicula imbricata, Dendrobium arcuatum, Paphiopedilum glaucophyllum (anggrek selop), dan lain-lain. Sedangkan yang terancam keberadaannya di alam antara lain Ascocentrum miniatum, Phalaenopsis amabilis (anggrek bulan), Coelogyne pandurata (anggrek hitam) asal Kalimantan dan lain-lainnya.
2.3.2         Bambu
Sekitar 30 jenis bambu telah dikoleksi Kebun Raya Purwodadi, 16 jenis berasal dari Jawa, 2 jenis dari Maluku, 2 jenis dari Sulawesi, dan 10 jenis dari beberapa negara Asia (Cina, Jepang, Thailand, India, dan Birma). Gigantochloa manggong (Bambu Manggong) merupakan bambu endemik Jawa Timur , Gigantochloa apus (pring apus) sering dipergunakan untuk mebel, kerajinan atau atap rumah, Dendrocalamus asper (pring petung) rebungnya untuk dimakan, dan Schizostachyum silicatum (pring wuluh) untuk seruling.
2.3.3        Polong-polongan
Digolongkan menjadi 3 suku yaitu Mimosaceae, Caesalpiniaceae, dan Papilionaceae. Ada 157 jenis dari 70 marga yang termasuk dalam suku-suku tersebut. Berbagai jenis polong-polongan dimanfaatkan sebagai tanaman hias seperti jenis-jenis dari marga Amherstia, Brownea, Cassia, Senna, dan Saraca.Selain itu, beberapa jenis dimanfaatkan juga kayunya untuk bangunan seperti Sono Keling(Dalbergia latifolia) dan Wangkal(Albizia procera), tanaman penghijauan dan tepi jalan seperti Angsana (Pterocarpus indicus), Akasia (Acacia auriculiformis) dan Soga (Peltophorum pterocarpum). Ada pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat seperti Johar (Senna siamea), Kedawung (Parkia timoriana), Dadap srep (Erythrina subumbrans), dan Dadap ayam (Erythrina orientalis).
2.3.4        Paku
Koleksi ini ditata di bawah pepohonan besar dan rindang, karena tumbuhan ini membutuhkan tempat rindang dan lembab. Koleksinya mencapai 60 jenis, 36 marga dan 21 suku. Diataranya Paku Sarang Burung (Asplenium nidus), Suplir (Adiantum trapeziforme), Paku Hata (Lygodium circinnatum), dan Paku Tanduk Rusa/Simbar Menjangan (Platycerium coronarium). Ada beberapa manfaat tumbuhan paku, diantaranya sebagai sayur (Athyrium esculentum), tanaman hias (Asplenium sp., Adiantum sp.), obat (Equisetum debile), media anggrek (Cyathea contaminans), dan bahan kerajinan (Lygodium circinnatum).
2.3.5        Pisang
Koleksi pisang di Kebun Raya Purwodadi terdapat sekitar 316 spesimen, 114 kultivar dari 4 jenis induk silangan. Diantara koleksinya adalah Musa acuminata, M. balbisiana (Pisang Klutuk Wulung/Pisang Hitam) yang merupakan jenis liar yang berperan sebagai induk silangan pisang-pisang kultivar di Indonesia. Salah satu pisang kultivar kebanggaan Kebun Raya Purwodadi adalah Pisang Kates, Tongkat Langit berasal dari Maluku dengan keistimewaan pisangnya besar garis tengah 6 cm menjulang ke langit.
2.3.6        Tanaman obat
Terletak di petak XIV G dan V A, ditata sedemikian rupa hingga berfungsi sebagai taman yang menarik untuk dinikmati. Diantara koleksinya adalah Pace (Morinda citrifolia), buahnya untuk obat batuk dan tekanan darah tinggi, Daun ungu (Graptophyllum pictum), daunnya untuk obat ambeien, Widoro upas (Merremia mammosa), umbinya untuk obat kencing manis, Sembung (Blumea balsamifera) daunnya untuk obat asma, sakit jantung, Wudani ( Quisqualis indica) daunnya untuk obat cacing dan lain-lainnya.
2.3.7        Taman
Koleksi tanaman taman Kebun Raya Purwodadi terdiri dari beberapa tanaman hias diantaranya adalah palem, bougenvile, kaktus, dan tanaman hias lain yang ditata secara cantik menjadi sebuah taman yang akan membuat anda betah menikmati keanggunan dan keindahanya.




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat
Kuliah Kerja Nyata (KKL) Taksonomi Tumbuhan tinggi ini dilaksanakan pada hari sabtu, 25 Mei 2013 pukul 09.00-14.00 di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan.
3.2  Alat dan Bahan
1.      Alat tulis
2.      Dokumentasi
3.      loupe
3.3  Cara Kerja
1.      Diamati seluruh bagian spesies (batang, daun, bunga, buah, biji dan akar).
2.      Diamati menggunakan loue bagian yang kecil.
3.      Difoto tiap bagian dari spesies.
4.      Dicatat dan dibuat laporan dari hasil pengamatan.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar
Gambar Tangan
Photo
Gambar Literatur







(Zaki, 2011)










(Zaki, 2011)

















(Zaki, 2011)














(Zaki, 2011)

Keterangan:
Gb. 1. Batang Tectona grandis
1.      Warna cokelat muda
2.      Kulit terkelupas
3.      Pepagan segi 4
4.      Banir
Gb. 2. Daun Tectona grandis
1.      Ujung daun
2.      Tepi daun
3.      Tangkai daun
4.      Tulang daun
5.      Urat daun
6.      Urat daun ketiga
Gb. 3. Biji Tectona grandis
ü  Biji berwarna cokelat
Gb. 4. Bunga Tectona grandis
ü  Tidak ditemukan bunga karena sudah musim berbuah

4.2 Klasifikasi
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas Asteridae
                         Ordo Lamiales
                             Famili Lamiaceae 
                                 Genus: Tectona
                                     Spesies: Tectona grandis L.f. (www.plantamor.com)

4.3 Morfologi
      Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap Tectona grandis , habitatnya di tanah dan berhabitus perdu. Batang Tectona grandis mempunyai banir, yaitu bagian bawah batang yang menonjol keluar yang merupakan akar yang memperkuat batang dan tumbuh di atas tanah. Kulit batangnya terkelupas dan warnanya coklat muda.
      Pengamatan praktikan sesuai dengan sebuah literature (Maheldaswara, 2009) yang menyatakan bahwa pohon berukuran sedang sampai besar, tingginya mencapai 50 m, memiliki batang yang lurus dan percabangan terjadi setelah ketinggian batang mencapai 20(-25) m, dengan garis tengah batang 150(-250) cm, terkadang terdapat akar banir pendek di bagian dasar batang, permukaan batang pecah memanjang, berwarna coklat keabuan, bagian kulit dalam batang berwarna kemerahan bergetah lengket, daun berbentuk bulat telur lebar, panjang (11-)20-55 cm dan lebar (6-)15-37 cm.
Pepagan dari pohon Tectona grandis adalah bersegi 4 dan menyudut. Hal ini sesuai dengan pendapat Pramono (2008) yang menyatakan bahwa bentuk dahan bengkok-bengkok dan berlekuklekuk, bercabang banyak dengan ranting-ranting yang kasar, berpenampang empat persegi dan berbulu banyak.
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40m. Pohon jati (Tectona grandis) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter (Pramono,2008).
Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun (Sumarna, 2010).
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.dan seringkali masyarakat indonesia salah mengartikan jati dengan tanaman jabon ( Antocephalus cadamba) padahal mereka dari jenis yang berbeda (Pramono, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh praktikan terhadap tumbuhan Tectona grandis, daunnya merupakan daun tunggal dan tersusun berhadapan. Bentuknya bulat telur berbalik dan teksturnya kasap dan kasar. Pada tangkai daun masih terdapat lembaran daun sehingga tangkainya disebut tangkai decurrent. Tulang daun bagian atas rata agak menonjol sedangkan tulang daun bagian bawah menonjol dan tulang daun ketiga menangga.
Pernyataan di atas diperkuat oleh literature (Sumarna, 2010) yang menyatakan bahwa daun dari Tectona grandis adalah daun berhadaan, berpucuk lancip dan bertangkai pendek. Bagian atas hijau kasar, bagian bawah daun hijau kekuning-kuningan, berbulu halus. Dengan diantaranya rambut-rambut kelenjar merah mengembung, kalau dirusak daunnya menjadi merah.
      Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm, sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya (Sumarna, 2010).
        Di Jawa Timur, masyarakat Pulau Bawean menyeduh daun jati untuk menghasilkan bahan pewarna coklat merah alami. Orang Lamongan memilih menyeduh tumbukan daun mudanya. Sementara itu, orang Pulau Madura mencampurkan tumbukan daun jati dengan asam jawa. Pada masa itu, pengidap penyakit kolera pun dianjurkan untuk meminum seduhan kayu dan daun jati yang pahit sebagai penawar sakit (Sumarna, 2010).
        Daun jati dimanfaatkan secara tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon (Sumarna, 2010).
Daun jati juga banyak digunakan di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus tempe (Sumarna, 2010).
      Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh praktikan terhadap bunga Tectona grandis, bunganya merupakan perbungaan majemuk dan merupakan bunga terminal berkarang. Hal ini dinyatakan juga oleh Gembong (2010) bahwa susunan bunga pada Tectona grandis adalah terminal, bulir-bulir bercabang tersusun, berbulu halus, panjang 40-70 cm dan lebar 55-80 cm dengan banyak sekali bunga-bunga kecil, putih, berkelamin dua.. pada musim berbunga menyebabkan tajuk berwarna keputih-putihan.
      Perbungan berukuran panjang 40 cm dan lebar 35 cm; tiap bunga berukuran 3-6 mm, daun-daun kelopak berbentuk lonceng, daun-daun mahkota berbentuk putih dan merah jambu pada daun mahkotanya (Steenis, 2010).
      Pohon jati juga menghasilkan bergugus-gugus bunga keputihan yang merekah tak lama setelah fajar. Masa penyerbukan bunga jati yang terbaik terjadi di sekitar tengah hati —setiap bunga hidup hanya sepanjang satu hari. Penyerbukan bunga dilakukan oleh banyak serangga, tetapi terutama oleh jenis-jenis lebah (Maheldaswara, 2009).
Pengamatan terakhir yang dilakukan oleh praktikan adalah pengamatan tentang buah dari Tectona grandis. Buah pada Tectona grandis adalah merupakan buah kering atau buah batu.
Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil. , buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras (Gembong, 2010).
      Buahnya berkulit keras, bulat agak berkeping dengan garis tengah 5-34 mm dengan inti beruang 3, 4, 6 atau 7 berwarna putih dan sangat keras. Pada dasarnya terdapat 4 lubang kecil yaitu ujung alur-alur ini yang menyatu di tengah-tengah inti. Biasanya buah berbenih satu, jarang berbenih dua dan hamper tidak pernah berbenih tiga atau empat. Buahnya masak dalam musim kering yang berikutnya dan jatuh pada musim kemarau atau pada awal musim hujan berikutnya, hasil biasanya banyak tapi tidak sama tiap tahunnya (Sumarna, 2010).
      Susunan akar di waktu muda bisa dikatakan cepat pertumbuhannya, dalam hal ini jati termasuk jenis cepat tumbuhnya. Tidak lama akar tunggangnya bercabang-cabang sehngga akar pokok tidak nyata lagi. Akar-akar yang tumbuh ke samping membuat cabangcabang pula yang arahnya tegak lurus ke bawah. Bila keadaan tanahnya baik (aerasi baik, tanahnya, air tanah dalam) susunan akar dapat mencaa 1,5-2 m, kadang-kadang 3 m kedalamannya. Apabila tanah dalam keadaan tidak baik, susunan akarnya dangkal sekitar 70-80 cm (Sumarna, 2010).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh praktikan, dapat disimpulkan bahwa :
ü  Di kebun raya purwodadi ditemukan berbagai tumbuhan antara lain anggrek, bamboo, polong-polongan, paku-pakuan, pisang-pisangan dan tanaman obat.
ü  Tectona grandis merupakan tanaman pohon, kulit batangnya terkelupas dan warna batangnya cokelat muda. Batangnya mempunyai banir dan epagannya bersegi 4 (menyudut). Tectona grandis mempunyai daun tunggal berbentuk bulat telur berbalik, teksturnya kasar dan tangkainya decurrent. Susunan daun Tectona grandis adalah berhadapan. Tulang daun bagiat atas daun agak menonjol sedangkan bagian bawah sudah menojol dan tulang daun ketiganya menangga. Bunga dari Tectona grandis adalah terminal berkarang dan perbungaannya majemuk. Buahnya batu atau berbuah kering.
5.2 Saran
                  KKL Purwodadi sudah berjalan dengan baik. Namu alangkah lebih baik jika ketika praktek lapangan, praktikan mengamati seluruh tanaman di lapangan tersebut. Sehingga praktikan lebih memahami tentang keanekaragaman tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawan, Mochammad, dkk. 2009. Biologi konservasi. Yogyakarta: Buku Obar press
Maheldaswara, Daru. 2009. Tanaman Jati Emas. Jakarta: Seri Budi Daya
Pramono, agus Astho, dkk. 2008. Pengelolaan Jati Rakyat Panduan Lapangan Untuk Petani. Jakarta: Erlangga
Steenis, van. 2006. Flora. Jakarta: pradya Paramita
Sumarna, Yana. 2010. Budi Daya Jati. Bogor: Panduan Swadaya
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: UGM press
http://zaki.blogspot.com/2011/07/laporan-kkl-purwodadi.html