LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
PENGAMATAN JAMUR, LICHEN, DAN LUMUT
DI CANGAR, BATU, MALANG
DosenPengampu
:
1.
Drs.
Sulisetjono, M.Si
2.
AinunNikmatiLaily,
M.Si
Oleh ;
Afriani Susilo
Wulandari
Ika Rinda Rosana
Ihda Sayidatun
Nasiroh
Fira Rizki Amaliyah
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS dan TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya
akan keanekaragaman fauna dan flora. Tumbuhan Tingkat Tinggi dan Tumbuhan
Tingkat Rendah tidak jarang kita temui di tanah air ini.
Jamur (fungi), lumut (bryophyte) dan
liken (lichens) merupakan jenis tumbuhan tingkat rendah yang banyak di temukan
di Indonesia. Jamur, lumut dan liken terdiri dari beberapa spesies dan terdiri
dari bentuk yang beragam. Tanpa adanya penelitian lapangan, dikhawatirkan
mahasiswa tidak mampu membedakan antar satu spesies dengan spesies yang lain.
Untuk mengetahui macam-macam spesies
dari jamur, lumut dan liken tersebut perlu diadakannya PKL (Praktik Kerja
Lapangan), sehingga mahasiswa dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi
ciri-ciri morfologi maupun habitat dari masing-masing spesies tersebut. Dalam
hal ini, maka Praktik Kerja Lapangan dengan mengamati berbagai macam jamur,
lumut dan liken ini dilakukan di Pemandian Air Panas Cangar Batu malang. PKL
ini dilaksanakan di Pemandian Air Panas Cangar Batu terdapat banyak spesie dari
jamur, lumut dan liken.
Pentingnya melakukan Praktik Kerja
Lapangan ini adalah agar mahasiswa mengetahui macam-macam spesies dari jamur,
lumut dan juga liken. Antara lain mengetahui habitat, bentuk, warna,
bagian-bagian dan jenisnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Kuliah Kerja
Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui jenis-jenis Jamur, Lichen, dan Lumut yang terdapat di Cangar Batu Malang
2.
Untuk
Mengetahui klasifikasi dari jenis-jenis Jamur, Lichen, dan Lumut yang terdapat di Cangar Batu
Malang
3.
Untuk
mengetahui ciri-ciri dari Jamur, Lichen, dan Lumut yang terdapat di Cangar Batu
Malang
1.3
Manfaat
Manfaat di laksanakannya Kuliah Kerja
Lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Diketahui jenis-jenis Jamur, Lichen, dan Lumut yang terdapat di Cangar Batu
Malang
2.
Diketahui
klasifikasi dari jenis-jenis Jamur, Lichen, dan Lumut yang terdapat di Cangar Batu
Malang
3. Diketahui cirri-ciri dari jenis Jamur, Lichen, dan Lumut yang terdapat di
Cangar Batu Malang
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan tempat
Kuliah Kerja Lapangan
dengan judul “Identifikasi Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut
(Bryophyta)” dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 2 Desember 2012 di Hutan
Cangar Batu, Malang.
Identifikasi Jamur
(Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut (Bryophyta) dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 3 Desember 2012 bertempat di Laboratorium Ekologi Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Tekonologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
2.2 Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1. Buku literature 3
buah
2. Penggaris 1
buah
3. Buku catatan 1
buah
4. Bolpoin 1
buah
5.Kamera digital 1
buah
6. Plastik 10
buah
2.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam pengamatan ini adalah
sebagai berikut :
A. Pengamatan di Hutan Cangar
1.
Disiapkan
semua alat yang diperlukan
2. Diambil sampel Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut
(Bryophyta)
3. Didokumentasikan Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut
(Bryophyta) yang diperoleh
4. Diamati ciri-ciri Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut
(Bryophyta) yang diperoleh
B. Pengamatan di Laboratorium Ekologi
1. Disiapkan semua alat yang diperlukan
2. Diidentifikasi Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut
(Bryophyta) yang diperoleh
3. Dibagi masing-masing Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut
(Bryophyta) kepada anggota kelompok
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Lobaria
pulmonaria
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Hadiansyah,2010)
|
Keterangan:
1.
Panjang : 10cm
2.
Lebar :8 cm
3.
Warna : Hijau
Klasifikasi (Smith, 1935) :
Kingdom
Fungi
Divisio
Ascomycota
Classis Lecanoromycetes
Ordo
Peltigerales
FamiliaLobariaceae
Genus
Lobaria
Spesies
Lobaria pulmonaria
Berdasarkan hasil
pengamatan didapatkan bahwa ciri-ciri dari Lobaria pulmonaria ini adalah
foliosa lumut dan daun-daunnya seperti talus berwarna hijau, kasar.Hijau terang
dalam kondisi lembab, menjadi kecoklatan dan tipis ketika kering. Ini spesies
lichen sering membentuk lapisan rambut halus atau bulu pada permukaannya lebih
rendah, disebut tomentum, biasanya merupakan hasil dari pertumbuhan dangkal
hifa berwarna atau benang jamur.
Lobaria pulmonaria, umumnya dikenal,
lichen folio, salah satu dari klasifikasi morfologi banyak yang
menggambarkan lumut yang berdaun mencari, lobed, relatif berbentuk lingkaran
dan memiliki permukaan yang berbeda atas dan bawah. Lobaria pulmonaria
ditandai dengan talus rata lebih atau kurang, sebuah istilah yang
mengacu pada tubuh lichen, meliputi baik komponen alga dan jamur Lobaria
pulmonaria dibedakan oleh daunnya seperti lobus., dan bagian atas sangat
bergerigi dan mengadu berbeda dan lebih rendah permukaan. Ini adalah hijau
terang ketika basah dan coklat sampai coklat zaitun-saat kering. Ini spesies
lichen sering membentuk lapisan rambut halus atau bulu pada permukaannya lebih
rendah, disebut tomentum, biasanya merupakan hasil dari pertumbuhan
dangkal hifa berwarna atau benang jamur (Birsyam, 1982).
Talus mengandung struktur internal
yang dikenal sebagai cephalodia , karakteristik tiga-beranggota
simbiosis lumut yang melibatkan dua photobionts (yang fotosintesissimbion dalam hubungan lichen
jamur-alga). Ini cephalodia internal, ditemukan antara "tulang rusuk"
dari permukaan talus, muncul ketika ganggang biru-hijau (dari genus Nostoc ) pada permukaan talus yang
menyelimuti selama pertumbuhan mycobiont. Secara struktural, cephalodia terdiri
dari agregat padat sel Nostoc dikelilingi oleh berdinding tipis hifa -ini Tanda yang membatasi mereka
dari sisa talus yang berisi struktur longgar berdinding tebal hifa.Blue-green
cyanobacteria dapat memperbaiki nitrogen atmosfer, meningkatkan ketersediaan hara
untuk lichen. The photobiont lain dari Lobariapulmonaria adalah ganggang
hijau Dictyochloropsis reticulata (Sharnoff, 2002).
.Lobaria pulmonaria memiliki kemampuan untuk membentuk baik perbanyakan
vegetatif dan seksual propagul pada usia sekitar 25 tahun. Dalam reproduksi
seksual, spesies menghasilkan kecil coklat kemerahan cakram dikenal sebagai apothecia mengandung asci , dari mana spora yang paksa
dilepaskan ke udara (seperti ballistospores ). Berdasarkan studi ascospore perkecambahan , telah menyarankan bahwa Lobari spora
pulmonaria menggunakan beberapa mekanisme untuk menghambat
perkecambahan-penghambatan diangkat ketika spora ditanam dalam media
pertumbuhan sintetis yang mengandung adsorben seperti bovine serum
albumin atau α- siklodekstrin (Sharnoff, 2002).
Penyebaran
oleh propagul vegetatif (melalui soredia atau isidia) telah ditetapkan sebagai
modus dominan reproduksi di L.pulmonaria.Dalam metode ini, propagul
menonjol menjadi kering dan rapuh selama siklus basah / kering reguler dari
lichen, dan dapat dengan mudah runtuh dari talus tersebut. Fragmen ini dapat
berkembang menjadi baru thalli, baik di lokal yang sama atau di lokasi baru
setelah penyebaran oleh angin atau hujan.
Sejumlah langkah-langkah yang diperlukan untuk pengembangan propagul
vegetatif, termasuk degenerasi korteks talus, replikasi sel alga hijau, dan
belitan hifa jamur dengan sel alga hijau.Ini langkah menyebabkan kenaikan
tekanan internal yang akhirnya menerobos korteks.Pertumbuhan yang berkelanjutan
menyebabkan butiran ini sedang didorong ke atas dan keluar dari permukaan talus
(Trisusanti, 2003).
Lobaria pulmonaria adalah besar epifitlumut terdiri dari ascomycetes jamur dan alga hijau hidup bersama dalam sebuah simbiosis hubungan dengan cyanobacterium simbiosis yang melibatkan anggota
dari tiga kerajaan organisme. Umumnya dikenal dengan berbagai
nama seperti pohon lungwort, paru lichen, lumut paru, lungwort lichen,
paru-paru itu adalah sensitif terhadap polusi udara dan juga negatif dipengaruhi oleh hilangnya habitat dan perubahan kehutanan praktek. Populasinya telah
menurun di seluruh Eropa dan Lobaria pulmonaria
dianggap terancam di banyak dataran rendah daerah. Spesies ini memiliki sejarah
digunakan dalam obat-obatan
herbal ,
dan penelitian terbaru telah dikuatkan beberapa sifat obat ekstrak lumut
(Trisusanti, 2003).
3.2
Amanita
muscaria
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
|
Keterangan:
1.
Panjang :
6 cm
2.
Lebar : 4 cm
3.
Warna : Merah
Klasifikasi (Smith,
1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Agaricomycetes
Ordo Agaricales
Familia Amanitaceae
Genus Amanita
SpesiesAmanita muscaria
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa Amanita
muscaria adalah jamur beracun yang termasuk ke dalam golongan
basidiomycota.Jamur ini memiliki warna merah.Amanita muscaria hidup di
berbagai daerah karean jamur ini mampu tumbuh di berbagai suhu.Ciri khas dari
jamur ini adalah adanya bercak-bercak putih di bagian kepala.
Ciri morfologi dari Amanita Muscaria
yaitu Tudung berdiameter 5-30 cm (berwarna merah seperti darah dan diselubungi
selubung yang umumnya berwarna putih), tangkai berukuran 5-20 cm mempunyai
suatu cincin dan dasar seperti bola dengan garis – garis seperti kapas,
memiliki Selubung Universal (penyebab noda putih yang pada atas tudung juga
sering membentuk lingkaran-lingkaran konsentris), memiliki Insang (jumlahnya
sedikit tetapiluas dan berwarna keputih-putihan), mempunyai Cetakan Spora yang
berukuran 9-13 x 6,5-9 mikron) bentuknya lonjong, tak berwarna dan lembut).
Gejala – gejala bila seseorang mengkonsumsi jamur ini : Amatoxins (meliputi
empat tahap :fase Latency, fase Gastrointestinal, fase ketiga , dan fase
keempat), Phallotoxins dan Virotoxins (pembengkakan pada hati dan perhentian
arus empedu), Phallolysins dan Ibotenic acid( gejalanya: ataxia, histeris, dan
halusinasi). Pencegahan terhadap gejala-gejala yang terjadi yaitu : Dengan mengkonsumsi
jamur ini sesuai dosis yang ditentukan (0,1mg/kg berat badan), dapat
menghindari orang berhalusinasi, terkena liver bahkan bisa juga menyebabkan
kematian Bold, 1987).
Amanita
muscaria memang
terkenal sangat beracun karena dalam 2-3 jam setelah menghirup jamur ini dapat
terjadi diare, vertigo, koma, muntah, dan beberapa efek lainnya. Pada bagian tubuh buah dari jamur ini, terdapat senyawa asam ibotenat dan muscimol yang bersifat halusinogen dan psikoaktif. Senyawa tersebut dapat mempercepat
mengganggu sistem saraf, denyut jantung, mulut kering, dan halusinasi (Bold, 1987).
3.3
Ganoderma
lucidum
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Tania.2010)
|
Keterangan:
1.
Saprofit
pada kayu
2.
Mempunyai
hifa
3.
Mempunyai
miselium
4.
Mempunyai
septa
Klasifikasi
(Smith, 1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Agaricomycetes
Ordo Polyporales
Familia ganodermataceae
Genus Ganoderma
Species Ganoderma lucidum
Habitat Ganoderma lucidum pada bermacammacam lingkungan
dan berasosiasi dengan banyak organisme.Meskipunkebanyakan hidup di darat,
beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air.Jamur
ini hidup menempel pada kayu-kayu yang sudah lapuk, atau pada pohon-pohon yang
sudah mati.
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
pada Ganoderma lucidum, talus
tersusun dari hifa, hifa-hifa tersebut membentuk jaringan yang disebut
miselium, hifa pada Ganoderma lucidummempunyai struktur seperti benang,
dan pada jamur ini mempunyai septa, dan pada septa tersebut terdapat pori-pori
besar (Birsyam,Inge, 1992).
Berdasarkan dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur, pada literatur dijelaskan
bahwa Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang
disebut hifa.Hifa membentuk jaringan yangdisebut
miselium.Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa yang
membentuk miselium dan tubuh buah, Hifa adalah struktur menyerupai benang
yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.
Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.Sitoplasmanya
mengandungorganel eukariotik.Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding
melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel kesel
satu. Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau disebut dengan hifa
senositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak dikuti oleh pembelahan sitoplasma.Hifa pada jamur yang
bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan
organ penyerap makanan dari substrast haustoria dapat menembus jaringan
substrat (Loveless, A.R. 1989).
Ganoderma lucidumtidak memangsa dan mencerna makanan.Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen.Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin
dan senyawa kimia lainnya.Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif atau saprofit. Parasit obligat merupakan sifat
jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan diluar inangnya tidak
dapat hidup(Tjitrosoepomo. 1995)
Reproduksi pada Ganoderma
lucidumdapat secara seksual (generatif) dan
aseksual (vegetatif).Secara aseksual jamur menghasilkan spora.Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya, apabila kondisi habita sesuai jamur
memperbnayak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual.Spora
aseksual dapat terbawa ai atau angin. Apabila mendapatkan tempat yang cocok
maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewas. Reproduksi seksual
pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi.Kontak gametangium
mengakibatka terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.Singami
terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma0
dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).Setelah plasmogami terjadi,
inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk
dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam
waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhirnya inti sel melebur membentuk
sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis (Tjitrosoepomo. 1995).
Ganoderma lucidum
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang berkhasiat dan juga bermanfaat
sebagai obat tradisional, karena dapat mengobati berbagai macam penyakit
contohnya seperti jantung koroner, bronkitis, hepatitis, sakit lambung, tekanan
darah tinggi. Dan juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan masker wajah karena
lumut ini dapat menunda penuaan, atau kulit keriput (Loveless, A.R. 1989)
3.4
Marchantia polymorpha
3.4 Marchantia polymorpha
Gambar
pengamatan
|
Gambar
literatur
|
|
(Tania.2010)
|
Keterangan:
1.
Rhizoid
2.
Takik
3.
Lobus
talus
4.
Kopula
5.
Anterediofor
6.
Arkegoniofor
7.
Receptakel
3.3.2
Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisio
Marchantiophyta
Classis Marchantiopnida
Ordo Marchantiales
Familia Marchantiaceae
Genus Marchantia
Species Marchantia polymorpha
|
Marchantia polymorpha ditemukan di
seluruh dunia dari tropis sampai iklim Arktik. Tumbuh pada tanah yang lembab
dan batuan di tempat yang lembab habitat seperti tepi sungai dan kolam renang, rawa , dan gundukan cela panjang.
Lumut Ini dapattumbuh dan berkolonisasi pada tanah terbakar setelah kebakaran.
Selain itu Marchantia polymorpha ini
tumbuh di habitat buatan manusia seperti kebun, jalan dan rumah kaca dan dapat
menjadi hortikulturagulma .
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan tentang Marchantia
polymorpha yang berhabitat di Cangar Malang, mempunyai talus pada bagian
dorsal dan ventral yang berwarna hijau gelap, berbentuk pipih, mempunyai
percabangan dikotom. Pada ujung talus terdapat takik yang merupakan titik
tumbuh dari Marchantia polymorpha ini, mempunyai kopula yang berbentuk
seperti mangkuk tempat tumbuh gammae atau tunas, apabila talus telah dewasa,
pada bagian dorsal akan tumbuh gametangiofor (struktur pembawa alat kelamin)
yang berbentuk seperti payung, terdapat arkegoniofor (pembawa arkegonium) dan
anteridiofor (pembawa anteridium), gemetangiofor ini tumbuh pada talus yang
berbeda sehingga ada talus jantan (heterotalik) dan ada talus betina
(dioeccius), pada bagian ventral tumbuh banyak rhizoid.
Hasil pengamatan
sudah sesuai dengan literatur, pada literatur dijelaskan bahwa struktur luar Marchantia
polymorpha tersusun dari talus dorsi-ventral yang berwarna hijau gelap,
piph, berabang dikotom.Percabangan talus disebut lobus dari talus.Berbeda
dengan Riccia yang percabnagan talusnya membentuk pola roset, paercabangan pada
Riccia tidak memperlihatkan percabangan tertentu.Bagian tengah talus menebal
membentuk rusuk.Pada ujung talus terdapat takik yang didasarnya terdapat titik
tumbuh.Permukaan dorsal talus tersusun atas ruang-ruang udara atau aerolae yang
berbentuk trapesium. Setiap aerolne memiliki sebuah pori (lubang udara) dipermukaan
atas yang terlihat seperti titik-titi kecil. Fungdi pori udara sebagai jalan
atau lubang aerasi talus dengan penguapan seminimal mungkin. Selain itu
dipermukaan dorsal, tepatnya dibagian rusuk, sering ditemukan kupula atau
mangkuk tempat tumbuh gemmae (tunas).Jika talus telah dewasa, pada bidang
dorsal tumbuh gametangiofor (struktur pembawa alat kelamin) yang berbentuk
seperti payung.Arkegoniofor (pembawa anteredium) tumbuh pada talus yang
berbeda, sehingga ada talus jantan dan talus betina (heterotalik atau
dioeccius) (Sulisetjono.2012).
Pada bidang
ventral muncul banyak sekali rhizoidyang merupakan perpanjangan sel epidermis
bawah.Ada dua macam rhizoid yaitu rhizoid berdinding halus dan rhizoid bersekat
tidak sempurna.Yang pertama selnya lebih lebar dan dindingnya tipis, sedangkan
yang kedua selnya sempit dan dindingnya tebal, rhizoid tidak berwarna atau
tidak terliaht bening.Fungsi rhizoid adalah sebagai alat untuk menmpel atau
melekat pada substrat dan juga untuk menyerap air dan larutan garam
(Sulisetjono.2012).
Selain rhizoid
pada bidang ventral juga tumbuh sisik berbentuk pipih dan terbentuk dari banyak
sel, warnanya ungu dan biasanya tersususn dalam dua sampai empat deret pada
kedua sisi rusuk. Fungsi sisik untuk menjaga kelembaban lingkungan disekitar
talus dengan cara menyerap air(Sulisetjono.2012).
Marchantia
polymorpha adalah genus dalam suku
Marchantiaceae dari ordo Marchatiales, sekelompok lumut hati. Mereka adalah
tumbuhan sederhan tanpa akar dan tidak memilki sistem pengangkut. Mereka
termasuk lumut dan dulunya merupakan
bagian dari divisio Bryophyta, tapi sekarang mereka termasuk divisio
Marchantiophyta.
Cara
reproduksi Marchantia polymorpha dapat
dibedakan menjad reproduksi vegetataif dan reproduksi seksual
(Sulisetjono.2012):
a.
Reproduksi
Vegetatif
1.
Fragmentasi
Tergantung usia
sel-sel vegetataif. Jika sel-sel penyusun talus mati karena telah tua, maka
talus muda akan terlepas dan selanjutnya tumbuh dan akan membentuk talus baru.
2.
Adanya
Cabang-cabang Adventif
Cabang-cabang
ini bila terlepas akan tumbuh menjadi talus baru.
3.
Pembentukan
Gemmae (Tunas)
Gemmae dibentuk
didalam kupula (mangkuk).Kupula tumbuh dari sebuah sel yang berada dibelakang
titik tumbuh.Gammae berkembang dari sebuah sel yang mendasari kupula.Gammae
yang telah dewasa berbentuk seperti lensa pipih yang tersususn dari banyak sel.
Pada bidang tengah terdapat takikan dimana terletak titik tumbuh.Gammae
menempel pada dasar kupula dengan perantara tangkai pendek.Sebagaian besar sel
penyusun gammae berwarna hijau, juga ditemukan sel-sel yang mengandung minyak
(sel minyak).Selain itu pada permukaan terdapat beberapa sel yang tidak
berwarna yang disebut sel rhizoid.Pada dasar kupula, berselang-seling dengan
gammae, tumbuh rambut mucilage yang berperan dalam pelepasan gammae. Jika
lingkungan basah, sel mucilage akan menyerap air sehingga mengembang dan
mendesak gammae yang ada disebelahnya sehingga terlepas dari dasar kupula.
Lantas terbawa oleh aliran air. Jika jatuh ditempat yang cocok, sel-sel rhizoid
pada gammae akan membentuk rhizoid. Dari kedua titik tumbuh yang terdapat pad
takik akan tumbuh talus baru dengan arah tumbuh berlawanan. Jadi dari sebuah
gammae akan tu,buh dua talus baru.
b.
Reproduksi
seksual
Reproduksi
seksual terjadi sekali selama musim pertumbuhan, yaitu pada saat kelembapan
cukup tinggi, siang hari lebih panjang dari pada malam hari, dan kandungan
nitrogen pada substrat dalam keadaan rendah.
Alat kelamin
anteridium dan arkegonium tumbuh pada ujung gametangiofor, tepatnya pada
receptakel.Gametangiofor itu sendiri merupakan hasil pertumbuhan vertikal dari
sebuah sel apikal pada takik talus.Oleh sebab itu susunan anatomisnya
menyerupai talus, yaitu masih ditemukan adanya rhizoid dan ruang udara
(Tjitrosoepomo. 1995).
Reseptakel
anteridium berbentuk cakram dengan lekuk-lekuk lobus yang tidak dalam.Pada
umumnya jumlah lobus ada 8, kadang-kadang 4.Setiap lobus memiliki titik tumbuh
pada ujungnya. Sayatan vertikal reseptakel memperlihatkan sususnan anatomis
yang sama dengan talus. Ada epidermis atas, ruang udara dan porinya, Filamen
fotosintesis.Jaringan penyimpanan makanan dan pada epidermis bawa juga tumbuh
rhizoid dan sisik.Anteridium tumbuh didalam ruang anteridium yang tertanam pada
setiap permukaan setiap lobus, dalam susuna akropetal.Pada permukaan atas anteridium
terdapat lubang (ostiole) (Tjitrosoepomo. 1995).
Anteridium
tumbuh dan berkembang dari sebuah sel dibelakang titik tumbuh pada lobus
reseptakel.Pembentukan anteridium sejalan dengan pemanjangan lobus, oleh
sebabitu anteridium yang lebih tua terletak lebih kedalam dibandingkan yang
muda. Inilah yang dimaksud susunan akropetal (Birsyam,Inge, 1992)
Anteridium
dewasa berbentuk ovoid.Menempel didasar ruang anteridium dengan perantaraan
tangkai yang tersusun dari beberapa sel. Bagian terluar adalah sel-sel dinding
anteridium yang membungkus sel-sel induk androsit yang mengisi anteridium.Sel
induk androsit membelah membentuk sel androsit.Yang terakhir ini mengalami
metamorfosis menjadi spermatozoa yang memiliki 2 flagel.Pelepasan spermatozoa
jika keadaan cukup air. Air yang masuk kedalam anteridium melalui ostiole akan
diserap oleh sel-sel dinding anteridium bagian atas. Sel-sel atas tersebut
mengembang dan akhirnya pecah.Terbentuk lubang untuk keluarnya spermatozoa.
Marchantia polymorpha dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit hati atau hepatitis C,
antivirus dalam tumbuhan ini berguna untuk menangkal pertumbuhan virus pada
hati, selain itu tumbuhan ini juga bermanfaat untuk menhilangkan racun gigitan
ular pada tindakan pertama.Lumut ini berfungsi sebagai antimikroba, antivirus
dan antibakteri (Tjitrosoepomo. 1995).
3.5 Pleurotus
sp.
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
|
(Hardiansyah,
2010 )
|
|
Pembahasan
Klasifikasi Pleurotus sp. menurut Smith (1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Homobasidiomycetes
Ordo Agaricales
Familia Tricoholomataceae
Genus Pleurotus
Spesies Pleurotus sp.
Jamur
tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran
mirip cangkang tiram dengan bagian tengan agak cekung dan berwarna putih hingga
krem. Memiliki stipe yang letaknya agak ke pinggir.
Pleurotus sp. pada pengamatan
diperkirakan berukuran 12,2 cm secara keseluruhan. Dengan panjang stipe 3,2 cm,
panjang tudung 9,1 cm, dan lebar tudung 13,9 cm. Warna yang tampak pada Pleurotus sp. ini adalah putih tulang.
Dengan susunan talusnya stipe, lamela dan tudung. Lamela merupakan bagian tubuh
Pleurotus sp. yang terdiri dari hifa.
Sedangkan kumpulan dari lamela sendiri disebut dengan tudung. Tekstur Pleurotus sp. ini kenyal ketika
dipegang. Permukaan bagian depan halus tanpa lamela, namun bagian belakang
terdapat yang merupakan kumpulan dari hifa tersebut. Bentuk dari jamur tiram
ini adalah seperti kipas.
Jamur
tiram adalah jamur yang memiliki tudung mirip dengan cangkang tiram. Tubuh buah
memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (pleurotus) dan bentuknya seperti tiram
(ostreatus). Bagian tudung berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat hingga
putih dengan permukaan yang hampir licin. Miselia berwarna putih dan bisa
tumbuh dengan cepat (Tjitrosoepomo, 1989).
Berdasarkan
literatur dan hasil pengamatan, terdapat kesamaan dari morfologi jamur tiram (Pleurotus sp.). Bahwasanya bentuk tudung
dari jamur tiram ini adalah setengah lingkaran atau mirip dengan cangkang tiram
dan berwarna putih.
Jamur tiram pada umumnya mengalami
dua tipe perkembanganbiakkan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual
maupun seksual.Letaknya pada kantong spora dan sporangiumnya.Sedangkan secara
seksual reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
sebagai gamet jantan dan gamet betina (Cambell, 1999).
Habitat dari jamur tiram dapat
dijumpai di alam bebas hampir sepanjang tahun.Tubuhnya terlihat saling
bertumpuk di permukaan batang pohon yang telah lapuk.Selain itu dapat dijumpai
pada daerah-daerah atau tanah yang lembab.
Jamur tiram enak dimakan dan
mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dibanding dengan jamur kayu lainnya,
sehingga jamur tiram dapat dijadikan alternatif makanan bergizi. Komposisinya
antara lain protein 27% lemak 1,6%, karbohidrat 58%, serat 11,5%, abu 9,3%, dan
kalori 265 Kkal (Winarni, 2002).
3.6 Marchantia emarginata
Gambar
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
Pembahasn
Klasifikasi Marchantia emarginata
menurut Smith (1935) :
Kingdom Plantae
Divisio Marchantiophyta
Classis Marchantiopsida
Ordo Marchantiales
Familia Marchantiaceae
Genus Marchantia
Spesies Marchantia emarginata
Marchantia emarginata merupakan
salah satu spesies lumut yang termasuk kedalam lumut hati.Susunan talus dari Marchantia
emarginata ini tergolong agak rumit.Berdasarkan hasil pengamatan pada Marchantia
emarginata terdapat bagian-bagian seperti takik, lubus talus, rusuk, kupula
(tunas), serta rhizoid. Panjang dari lumut yang diamati ini kurang lebih adalah
4 cm dengan lebar 3,5 cm. Marchantia emarginata berwarna hijau dan
memiliki klorofil untuk berfotosintesis.
Marchantia emarginata talusnya
agak tebal, bercabang-cabang menggarpu dan mempunyai suatu lekuk seperti yang
telah disebutkan di atas.Lekuk berada di tengah yang tidak begitu jelas
menonjol.
Marchantia emarginata tumbuh
menempel di atas permukaan tanah, pohon, atau tebing yang lembab.Marchantia
emarginata tidak memiliki batang dan daun.Marchantia emarginata bereproduksi
secara vegetatif dengan membentuk kuncup. Dari kuncup inilah akan terbentuk
tumbuhan lumut hati yang baru jenis Marchantia emarginata. Sewaktu
tumbuh, Marchantia emarginata akan membelah berkali-kali di ujungnya
sehingga nantinya tumbuhan ini seolah-olah seperti pita-pita hijau yang tumbuh
ke arah berbeda dari arah permulaannya. Marchantia emarginata akan
tumbuh mengelompok seperti pada gambar dan habitat asli ketika di temukan,
yakni di daerah atau tempat lembab yang menempel pada batu.
Kimball (1999) menyatakan tubuh dari
Marchantia emarginata ini berbentuk lembaran (talus), yang tumbuh
menempel di atas permukaan tanah, batu, pohon atau tebing yang basah.Di bagian
bawah terdapat rhizoid yang digunakan untuk menempel dan menghisap air serta
mineral, tidak berbatang dan tidak berdaun.Reproduksi vegetative dengan
membentuk gemma atau kuncup.Sementara itu, reproduksi generative dengan
membentuk gamet.Organ pembentuk gamet jantan (antheridium) dan organ pembentuk
gamet betina adalah (arkegonium), yang terpisah pada lembaran berbeda
(diocieus) atau berumah dua.
Perkembanganbiakkan seksual terjadi
melalui pembentukan arkegonium dan antheridium, biasanya tumbuh pada
arkegoniofor, sedangkan tangkai antheridium disebut anteridiofor.Lekukan pada
payung pembawa antheridium lebih dangkal dibanding payung arkegonium.Pada tiap
lekukan terdapat satu arkegonium, yang tumbuh kea rah bawah.Setelah terjadi
pembuahan terdapat zigot, sementara yang arkegoniofor terus memanjang.Zigot
tumbuh menjadi sporofit dan terbentuk “kapsul” tempat tumbuhnya spora yang
haploid. Spora yang jatuh pada tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi benang
yang tidak tentu bentuknya dan berfungsi sebagai sel pemula pembentukan
gametofit (Hidayat, 1995).
Berdasarkan beberapa literature dan
hasil pengamatan di atas, apabila dibandingkan terdapat kesamaan.Marchantia
emarginata merupakan golongan lumut hati yang tidak berdaun dan tidak
berbatang.Marchantia emarginata dapat hidup pada tempat yang lembab dan
menempel pada tanah, batu ataupun pada tebing.Di bagian bawah terdapat rhizoid
yang digunakan untuk menempel pada substratnya.
Arkegonium dan antheridium tidak
dapat ditemukan pada saat diamati.Akan tetapi pada gambar terlihat bentuk dari
arkegonium seperti payung yang memiliki lekukan tidak terlalu dangkal atau
lebih dalam dibandingkan antheridium yang payungnya memiliki lekukan dangkal.Di
bawah payung tersebut terdapat tangkai, rhizoid sebagai alat untuk melekat
substrat dan gemmae (kuncup).Marchantia emarginata merupakan lumut
berumah dua yang memiliki gametofit jantan dan gametofit betina.Kapsul pada
lumut hati ini memanjang menyerupai tanduk.Tallusnya berlobus seperti hati.
Marchantia sp. ini dapat
digunakan sebagai obat hepatitis (radang hati).Beberapa lumut (termasuk bangsa
Marchantiales) adalah miksohidrik, yaitu mengambil air dan mineral dari udara
maupun dari substratnya.Air dan mineral dari udara yang lembab berdifusi
melewati epidermis atas masuk ke daerah fotosintesis.Sedangkan air dari
substrat diserap oleh rhizoid (Prasetyo, 2004).
3.7 Coprinellus micaceus
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
Klasifikasi (Smith, 1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Agaricomycetes
Ordo
Agaricales
Familia Psathyrellaceae
Genus
Coprinellus
Spesies Coprinellus micaceus
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, dapat diketahu bahwa pada jamur jenis Coprinellus micaceus ada
bagian-nagiannya yaitutudung(bagian atas dari jamur), bilah(bagian dalam dari
tudung), tangkai buah (bagian yang memanjang) dan volva (bagian bawah dari
jamur).
Kata
micaceus berasal dari kata Latin mika, untuk "remah, butiran
garam" dan akhiran-aceus, "seperti, mirip", aplikasi modern
"mika" ke substansi sangat berbeda berasal dari pengaruh micare,
"glitter".jamur ini biasanya dikenal sebagai "cap mengkilap",
yang "mika cap" atau "cap bertinta berkilau", semua mengacu
pada partikel bertepung ditemukan pada tutup yang berkilau seperti mika (Bold,
1987).
Pada tahun
1914, Michael Levine adalah orang pertama yang melaporkan berhasil menanam Coprinellusmicaceusdari
spora di laboratorium. Dalam eksperimennya, badan buah muncul sekitar 40 sampai
60 hari setelah awalnya inokulasi media pertumbuhan (agar ditambah dengan
tanah, kotoran kuda, atau tepung jagung) dengan spora. Seperti spesies
coprinoid lainnya, Coprinellus micaceus mengalami meiosis
sinkron.Kromosom yang mudah dilihat dengan mikroskop cahaya, dan semua tahap
meiosis yang didefinisikan dengan baik.Fitur-fitur ini telah membuat spesies
alat yang berguna dalam penyelidikan laboratorium Sitogenetika basidiomycete.
Jumlah kromosom Coprinellus micaceus adalah n = 12 (Bold, 1987).
Coprinellus
micaeus digambarkan dalam ukiran kayu
dengan abad ke-16 Clusius botani Carolus dalam apa yang dibilang monografi yang
diterbitkan pertama pada jamur, 1601 Rariorum plantarum historia. Fungorum di
Pannoniis observatorum brevis historia (Sejarah tanaman langka.Sejarah Singkat
jamur diamati di Pannonia [Hungaria]).Clusius keliru percaya bahwa spesies
menjadi beracun, dan diklasifikasikan sebagai genus Jamur perniciales (jamur
yang berbahaya). Spesies ini pertama kali dijelaskan secara ilmiah oleh ahli
botani Perancis Jean Baptiste Pierre François Bulliard pada 1786 sebagai
micaceus Agaricus dalam karyanya Herbier de la France. Pada tahun 1801,
Christian Hendrik Persoon dikelompokkan bersama semua jamur gilled bahwa
auto-dicerna (deliquesced) selama debit spora ke dalam Coprinus bagian dari
genus Agaricus. Elias Magnus Fries kemudian mengangkat Coprinus bagian Persoon
untuk peringkat genus dalam bukunya Epicrisis systematis Mycologici, dan
spesies dikenal sebagai Coprinus micaceus. Ini adalah spesies jenis dari Huruf
Exannulati di bagian Micacei dari Coprinus genus, pengelompokan taksa terkait
dengan kerudung yang terbuat dari sphaerocysts (sel bengkak bulat biasanya
dibentuk dalam kelompok) secara eksklusif atau dengan tipis-filamen hifa ikat
bercampur.Studi Molekuler diterbitkan pada 1990-an menunjukkan bahwa banyak
(Coprinus seperti) jamur coprinoid yang sebenarnya tidak berhubungan satu sama
lain. Hal ini memuncak dalam revisi 2001 dari Coprinus genus, yang dibagi
menjadi empat genera, Coprinus micaeus dipindahkan ke Coprinellus
(Birsyam, 1992).
Coprinellus
micaceus adalah spesies umum jamur padafamily
Psathyrellaceae.Caprinellus micaceus biasanya tumbuh di atau dekat
tunggul pohon kayu yang membusuk atau akar pohon bawah tanah.Tergantung pada
tahap pembangunan mereka, yang cokelat-cokelat jamur topi dapat berkisar dari
bentuk oval sampai bentuk lonceng yang cembung, dan mencapai diameter hingga 3
cm (1.2 in). Topi, ditandai dengan alur radial halus yang memperpanjang hampir
ke pusat, sisanya di atas batang keputihan hingga 10 cm (3,9 in) panjang. Pada
spesimen muda, permukaan tutup seluruh dilapisi dengan lapisan halus reflektif
mika-seperti sel-sel yang memberikan inspirasi untuk kedua nama spesies jamur
dan nama-nama yang umum mika topi, topi mengkilap, dan topi bertinta
berkilauan. Meskipun kecil dan dengan daging tipis, jamur biasanya berlimpah,
karena mereka biasanya tumbuh dalam kelompok padat (Abdurrahman, 2001).
Topi ini
awalnya 1-2,5 cm (0,4-1,0 in) dengan diameter, oval untuk silinder, namun
memperluas menjadi berbentuk lonceng (berbentuk lonceng), kadang-kadang dengan
Umbo (tonjolan puting seperti pusat); akhirnya agak rata, menjadi cembung. Bila
diperluas, diameter 0,8-3,0 cm topi mencapai (0,3-1,2 dalam) dengan margin
robek menjadi sinar dan berbalik ke atas sedikit. Warnanya kuning-cokelat atau
cokelat sering dengan pusat gelap, kemudian kuning pucat.Margin topi secara
jelas berlekuk hampir semua jalan ke pusat, alur menandai posisi insang lagi
pada bagian bawah tutup.Ketika muda, permukaan topi ditutupi dengan partikel
mengkilap putih atau keputihan, sisa-sisa kerudung yang universal yang mencakup
spesimen dewasa.Partikel-partikel yang melekat longgar dan mudah hanyut,
sehingga spesimen yang lebih tua sering halus.Coprinellus micaceus
adalah hygrophanous, berarti menganggap warna berbeda tergantung pada negaranya
hidrasi (Birsyam, 1992).
Spora Coprinellus
micaceus adalah cokelat kemerahan, dengan dimensi 7-10 oleh 4,5-6 pM.
Umumnya, mereka adalah lentiform (berbentuk seperti lensa cembung ganda), tapi
dilihat dari sisi mereka tampak lebih berbentuk almond atau berbentuk
gelendong, sedangkan dalam pandangan depan mereka muncul oval atau mitriform
(kira-kira bentuk topi mitra-a memuncak) . Spora memiliki pori kuman, daerah
diratakan di tengah permukaan spora melalui mana tabung kuman mungkin muncul.
The spora-bantalan sel (yang basidia) empat-spored, klub-berbentuk, dan ukuran
10-15 oleh pM 4-7.Penelitian telah menunjukkan bahwa basidia berkembang dalam
empat generasi diskrit.Para basidia generasi pertama adalah yang paling
menonjol, dan memperpanjang keluar jarak terbesar dari permukaan hymenium
tersebut.Generasi berikutnya dari basidia memiliki tubuh lebih pendek dan
kurang menonjol. Ketika gill hidup yang dilihat dengan mikroskop, empat set
basidia dapat dilihat jelas. Arthur Buller menciptakan inaequihymeniiferous
istilah untuk menggambarkan modus pembangunan hymenial.Tujuan dari ukuran
basidia terhuyung adalah untuk memfasilitasi pelepasan spora dari hymenium
tersebut. Ada empat zona debit spora yang sesuai dengan empat set basidia, dan
basidia yang telah merilis semua spora mereka dengan cepat mulai autodigest.
Setup terhuyung-huyung meminimalkan kemungkinan spora bertabrakan dengan
basidia tetangga saat rilis (Birsyam, 1992).
Cystidia yang
terletak di sepanjang tepi tutup (disebut cheilocystidia) adalah bulat, dan
30-120 dengan 20-74 pM.Bentuk cystidia (disebut pleurocystidia) adalah elips
klub-berbentuk memanjang atau, sampai dengan 130-155 pM panjang.The
pleurocystidia menonjol dari wajah insang dan bertindak sebagai penjaga,
mencegah insang yang berdekatan dari saling menyentuh, dan juga memastikan
bahwa basidia dan spora memiliki ruang yang cukup untuk pembangunan C. micaceus
juga mungkin telah tersebar.Caulocystidia (cystidia pada batang) yang 60-100
oleh pM 5-10, tapi kehadiran mereka adalah variabel dan tidak dapat dipercaya
digunakan untuk identifikasi. Kedua De Bary dan Buller, dalam penyelidikan
mereka ke dalam struktur cystidia, menyimpulkan bahwa ada massa pusat
sitoplasma terbentuk di mana pelat tipis berbagai sitoplasma bertemu di tengah
sel. De Bary percaya bahwa lempeng proses percabangan berfilamen, tetapi Buller
berpikir bahwa mereka terbentuk dalam proses yang sama dengan dinding gelembung
busa, dan bahwa massa pusat mampu perlahan-lahan mengubah bentuk dan posisi
dengan mengubah volume relatif dari vakuola tertutup oleh dinding banyak
sitoplasma tipis. Dalam sel-sel yang lebih tua, sitoplasma mungkin terbatas ke
pinggiran sel, dengan satu vakuola besar menduduki pusat sel (Birsyam, 1992).
Sel-sel
globular yang membentuk mika-menyerupai sisik pada topi yang berwarna, berdinding
halus, dan berbagai ukuran dari sekitar 25-65 m, meskipun kebanyakan antara
40-50 m. Buller menjelaskan "glitter" sel-sel ini sebagai berikut:
"Yang berkilau dari makanan-sel, serta dari cystidia di tepi dan wajah
dari insang, hanya karena cahaya yang menyerang mereka dari luar dan dibiaskan
dan tercermin ke mata dalam cara yang sama seperti dari tetes menit air yang
begitu sering melihat di ujung daun rumput di rumput Inggris pagi setelah malam
berembun " (Misra, 1978).
Karakteristik
mikroskopis dan Sitogenetika dari Coprinellus micaceus sangat terkenal,
dan telah sering digunakan sebagai model organisme untuk mempelajari pembelahan
sel dan meiosis di Basidiomycetes.Analisis kimia dari tubuh buah telah
mengungkapkan adanya senyawa antibakteri dan enzim-menghambat. Sebelumnya
dikenal sebagai Coprinus micaceus, spesies dipindahkan ke Coprinellus
pada tahun 2001 sebagai filogenetik analisis memberikan dorongan untuk
reorganisasi dari banyak spesies sebelumnya dikelompokkan bersama di Coprinus
genus. Berdasarkan pada penampilan eksternal, Coprinellus micaceus
hampir tidak bisa dibedakan dari Coprinellus truncorum, dan telah
menyarankan bahwa koleksi dilaporkan banyak mantan mungkin yang terakhir
(Misra, 1978).
Coprinellus micaceus adalah spesies
yang dapat dimakan, dan memasak inactivates enzim yang menyebabkan
autodigestion atau deliquescence-proses yang dapat dimulai segera setelah satu
jam setelah koleksi. Hal ini dianggap
ideal untuk omelettes, dan sebagai rasa untuk saus, meskipun "sangat halus
spesies mudah dimanjakan oleh overcooking". Jamur juga menarik bagi lalat
buah Drosophila genus, yang sering menggunakan badan buah sebagai tuan rumah
untuk produksi larva (Misra, 1978).
Sebuah studi dari isi mineral dari
jamur berbagai menemukan bahwa C. micaceus mengandung konsentrasi tertinggi
kalium dalam 34 spesies diuji, dekat dengan setengah gram kalium per kilogram
jamur. Karena spesies dapat bioaccumulate.Logam berat merugikan seperti timbal
dan kadmium, telah disarankan untuk membatasi konsumsi spesimen dikumpulkan
dari tepi jalan atau situs koleksi lainnya yang mungkin terkena atau mengandung
polutan (Misra, 1978).
3.8 Parmelia sulcata
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
Klasifikasi (Smith, 1935) ::
Kingdom Fungi
Divisio Ascomycota
Classis
Lecanoromycetes
Ordo Lecanorales
Familia
Parmeliacea
Genus Parmelia
Spesies
Parmelia sulcata
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, dapat terlihat bahwa Parmelia sulcata merupakan jenis liken yang thalusnya berbentuk
seperti daun (foliosa). Warnanya hijau keabu-abuan.Habitatnya menempel pada
ranting pohon.
Bentuk thalusnya
foliosa.Warnanya biru-abu-abu (menjadi
perunggu saat tua dan semi-hampir mati), dengan mencolok, pseudocyphellae putih
membentuk jaringan pada permukaan lobus. Pada thalli tua, pseudocyphellae
berkembang menjadi tidak teratur.Biasanya ditemukan pada cabang dan
batang-batang pohon dan juga pada batu.
Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi. Genus dari Parmelia sulcata adalahPaemelia dan termasuk family Parmelia ceae. Ini adalah
jenis lumut yang sangat umum.Sering ditemukan di cabang dan ranting.Hal ini
jarang ditemukan di daerah kering dan berbatu (Soeratman, 1999).
Warna Paermelia sulcata
bervariasi, mulai dari abu-aabu pucat sampai abu-abu kehijauan.Thallusnya
berbentuk foliose yangdatar dan terdiri dari cabang-cabang yang tumpang
tindihyang erat melekat pada kulit.Hulu permukaan berwarna kehijauan abu-abu
pucat atau abu-abu ketika kering dan kehijauan abu-abu ketika basah.Bagian
punggungnya berwarna putih seperti lipatan dan bagian bawah permukaan berwarna
cokelat gelap kehitaman yang ditutupi dengan rhizines (Soeratman, 1999).
Parmelia
sulcata merupakan spesies yang paling luas dan umum.
Hal ini relative toleran terhadap pencemaran sehingga ditemukan dlam semua
kecuali daerah yang paling kotor. Namun
demikian, kajian oleh Le Blanc dan Rao (1973) menunjukkan bahwa jumlah sulfur
dioksida berkisar 0,01-0,03 bagian per juta di atmosfer mengakibatkan kerusakan
serius atau kematian dalam spesies ini (Sharnoff, 2002).
Parmelia sulcata berkembangbiak melalui tiga cara (Trisusanti, 2003) :
A. Secara
Vegetatif
Ø
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan
memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang
menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan
fragmen
Ø
Isidia. Kadang-kadang isidia lepas dari thallus
induknya yang masing-masing mempunyai simbiont. Isidium akan tumbuh menjadi
individu baru jika kondisinya sesuai
Ø
Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang
sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan yang
dapat terlepas dari induknya. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang
sama dengan induknya
B. Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan
spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual
disebut pycnidiospores. Pycnidiospores ukurannya kecil, spora yang tidak motil,
yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia ditemukan
pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka
disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur di mana
jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu
hifa jamur, jika bertemu dengan alga yang sesuai akan terjadi perkembangan
menjadi Lichenes yang baru.
C. Secara seksual
Perkembangbiakan seksual pada Lichenes hanya terbatas
pada pembiakan jamurnya saja. Jadi, yang mengalami perkembangan secara seksual
adalah kelompok jamur yang membangun tubuh Lichenes.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada Jamur
(Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut (Bryophyta) di hutan Cangar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Jenis-jenis Jamur (Fungi), Lumut Kerak
(Lichen), dan Lumut (Bryophyta) yang diamati adalah Lobaria pulmonaria,
Amanita muscaria, Ganoderma lucidum, Pleurotus sp.,Marchantia emarginata,
Parmelia sulcata, Coprinellus micaceus, Marchantia polymorpha
2.
Ciri-ciri Jamur (Fungi)
a.
Memiliki hifa
b.
Habitat di darat, tempat lembab
c.
Reproduksi aseksual dan seksual
d.
Tidak berklorofil
3.
Ciri-ciri Lumut Kerak (Lichen)
a.
Reproduksi aseksual dan seksual
b.
Saprofit pada tumbuhan lain
c.
Simbiosis dari alga dan jamur
d.
Terdiri dari 3 bentuk : foliosa, kruktosa dan
fruktikosa
4.
Ciri-ciri Lumut (Bryophyta)
a.
Memiliki klorofil
b.
Habitat di zona peralihan
c.
Reproduksi seksual dan aseksual
d.
Tubuhnya berbentuk talus
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Lobaria
pulmonaria
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Hadiansyah,2010)
|
Keterangan:
1.
Panjang : 10cm
2.
Lebar :8 cm
3.
Warna : Hijau
Klasifikasi (Smith, 1935) :
Kingdom
Fungi
Divisio
Ascomycota
Classis Lecanoromycetes
Ordo
Peltigerales
FamiliaLobariaceae
Genus
Lobaria
Spesies
Lobaria pulmonaria
Berdasarkan hasil
pengamatan didapatkan bahwa ciri-ciri dari Lobaria pulmonaria ini adalah
foliosa lumut dan daun-daunnya seperti talus berwarna hijau, kasar.Hijau terang
dalam kondisi lembab, menjadi kecoklatan dan tipis ketika kering. Ini spesies
lichen sering membentuk lapisan rambut halus atau bulu pada permukaannya lebih
rendah, disebut tomentum, biasanya merupakan hasil dari pertumbuhan dangkal
hifa berwarna atau benang jamur.
Lobaria pulmonaria, umumnya dikenal,
lichen folio, salah satu dari klasifikasi morfologi banyak yang
menggambarkan lumut yang berdaun mencari, lobed, relatif berbentuk lingkaran
dan memiliki permukaan yang berbeda atas dan bawah. Lobaria pulmonaria
ditandai dengan talus rata lebih atau kurang, sebuah istilah yang
mengacu pada tubuh lichen, meliputi baik komponen alga dan jamur Lobaria
pulmonaria dibedakan oleh daunnya seperti lobus., dan bagian atas sangat
bergerigi dan mengadu berbeda dan lebih rendah permukaan. Ini adalah hijau
terang ketika basah dan coklat sampai coklat zaitun-saat kering. Ini spesies
lichen sering membentuk lapisan rambut halus atau bulu pada permukaannya lebih
rendah, disebut tomentum, biasanya merupakan hasil dari pertumbuhan
dangkal hifa berwarna atau benang jamur (Birsyam, 1982).
Talus mengandung struktur internal
yang dikenal sebagai cephalodia , karakteristik tiga-beranggota
simbiosis lumut yang melibatkan dua photobionts (yang fotosintesissimbion dalam hubungan lichen
jamur-alga). Ini cephalodia internal, ditemukan antara "tulang rusuk"
dari permukaan talus, muncul ketika ganggang biru-hijau (dari genus Nostoc ) pada permukaan talus yang
menyelimuti selama pertumbuhan mycobiont. Secara struktural, cephalodia terdiri
dari agregat padat sel Nostoc dikelilingi oleh berdinding tipis hifa -ini Tanda yang membatasi mereka
dari sisa talus yang berisi struktur longgar berdinding tebal hifa.Blue-green
cyanobacteria dapat memperbaiki nitrogen atmosfer, meningkatkan ketersediaan hara
untuk lichen. The photobiont lain dari Lobariapulmonaria adalah ganggang
hijau Dictyochloropsis reticulata (Sharnoff, 2002).
.Lobaria pulmonaria memiliki kemampuan untuk membentuk baik perbanyakan
vegetatif dan seksual propagul pada usia sekitar 25 tahun. Dalam reproduksi
seksual, spesies menghasilkan kecil coklat kemerahan cakram dikenal sebagai apothecia mengandung asci , dari mana spora yang paksa
dilepaskan ke udara (seperti ballistospores ). Berdasarkan studi ascospore perkecambahan , telah menyarankan bahwa Lobari spora
pulmonaria menggunakan beberapa mekanisme untuk menghambat
perkecambahan-penghambatan diangkat ketika spora ditanam dalam media
pertumbuhan sintetis yang mengandung adsorben seperti bovine serum
albumin atau α- siklodekstrin (Sharnoff, 2002).
Penyebaran
oleh propagul vegetatif (melalui soredia atau isidia) telah ditetapkan sebagai
modus dominan reproduksi di L.pulmonaria.Dalam metode ini, propagul
menonjol menjadi kering dan rapuh selama siklus basah / kering reguler dari
lichen, dan dapat dengan mudah runtuh dari talus tersebut. Fragmen ini dapat
berkembang menjadi baru thalli, baik di lokal yang sama atau di lokasi baru
setelah penyebaran oleh angin atau hujan.
Sejumlah langkah-langkah yang diperlukan untuk pengembangan propagul
vegetatif, termasuk degenerasi korteks talus, replikasi sel alga hijau, dan
belitan hifa jamur dengan sel alga hijau.Ini langkah menyebabkan kenaikan
tekanan internal yang akhirnya menerobos korteks.Pertumbuhan yang berkelanjutan
menyebabkan butiran ini sedang didorong ke atas dan keluar dari permukaan talus
(Trisusanti, 2003).
Lobaria pulmonaria adalah besar epifitlumut terdiri dari ascomycetes jamur dan alga hijau hidup bersama dalam sebuah simbiosis hubungan dengan cyanobacterium simbiosis yang melibatkan anggota
dari tiga kerajaan organisme. Umumnya dikenal dengan berbagai
nama seperti pohon lungwort, paru lichen, lumut paru, lungwort lichen,
paru-paru itu adalah sensitif terhadap polusi udara dan juga negatif dipengaruhi oleh hilangnya habitat dan perubahan kehutanan praktek. Populasinya telah
menurun di seluruh Eropa dan Lobaria pulmonaria
dianggap terancam di banyak dataran rendah daerah. Spesies ini memiliki sejarah
digunakan dalam obat-obatan
herbal ,
dan penelitian terbaru telah dikuatkan beberapa sifat obat ekstrak lumut
(Trisusanti, 2003).
3.2
Amanita
muscaria
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
|
Keterangan:
1.
Panjang :
6 cm
2.
Lebar : 4 cm
3.
Warna : Merah
Klasifikasi (Smith,
1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Agaricomycetes
Ordo Agaricales
Familia Amanitaceae
Genus Amanita
SpesiesAmanita muscaria
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa Amanita
muscaria adalah jamur beracun yang termasuk ke dalam golongan
basidiomycota.Jamur ini memiliki warna merah.Amanita muscaria hidup di
berbagai daerah karean jamur ini mampu tumbuh di berbagai suhu.Ciri khas dari
jamur ini adalah adanya bercak-bercak putih di bagian kepala.
Ciri morfologi dari Amanita Muscaria
yaitu Tudung berdiameter 5-30 cm (berwarna merah seperti darah dan diselubungi
selubung yang umumnya berwarna putih), tangkai berukuran 5-20 cm mempunyai
suatu cincin dan dasar seperti bola dengan garis – garis seperti kapas,
memiliki Selubung Universal (penyebab noda putih yang pada atas tudung juga
sering membentuk lingkaran-lingkaran konsentris), memiliki Insang (jumlahnya
sedikit tetapiluas dan berwarna keputih-putihan), mempunyai Cetakan Spora yang
berukuran 9-13 x 6,5-9 mikron) bentuknya lonjong, tak berwarna dan lembut).
Gejala – gejala bila seseorang mengkonsumsi jamur ini : Amatoxins (meliputi
empat tahap :fase Latency, fase Gastrointestinal, fase ketiga , dan fase
keempat), Phallotoxins dan Virotoxins (pembengkakan pada hati dan perhentian
arus empedu), Phallolysins dan Ibotenic acid( gejalanya: ataxia, histeris, dan
halusinasi). Pencegahan terhadap gejala-gejala yang terjadi yaitu : Dengan mengkonsumsi
jamur ini sesuai dosis yang ditentukan (0,1mg/kg berat badan), dapat
menghindari orang berhalusinasi, terkena liver bahkan bisa juga menyebabkan
kematian Bold, 1987).
Amanita
muscaria memang
terkenal sangat beracun karena dalam 2-3 jam setelah menghirup jamur ini dapat
terjadi diare, vertigo, koma, muntah, dan beberapa efek lainnya. Pada bagian tubuh buah dari jamur ini, terdapat senyawa asam ibotenat dan muscimol yang bersifat halusinogen dan psikoaktif. Senyawa tersebut dapat mempercepat
mengganggu sistem saraf, denyut jantung, mulut kering, dan halusinasi (Bold, 1987).
3.3
Ganoderma
lucidum
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Tania.2010)
|
Keterangan:
1.
Saprofit
pada kayu
2.
Mempunyai
hifa
3.
Mempunyai
miselium
4.
Mempunyai
septa
Klasifikasi
(Smith, 1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Agaricomycetes
Ordo Polyporales
Familia ganodermataceae
Genus Ganoderma
Species Ganoderma lucidum
Habitat Ganoderma lucidum pada bermacammacam lingkungan
dan berasosiasi dengan banyak organisme.Meskipunkebanyakan hidup di darat,
beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air.Jamur
ini hidup menempel pada kayu-kayu yang sudah lapuk, atau pada pohon-pohon yang
sudah mati.
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
pada Ganoderma lucidum, talus
tersusun dari hifa, hifa-hifa tersebut membentuk jaringan yang disebut
miselium, hifa pada Ganoderma lucidummempunyai struktur seperti benang,
dan pada jamur ini mempunyai septa, dan pada septa tersebut terdapat pori-pori
besar (Birsyam,Inge, 1992).
Berdasarkan dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur, pada literatur dijelaskan
bahwa Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang
disebut hifa.Hifa membentuk jaringan yangdisebut
miselium.Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa yang
membentuk miselium dan tubuh buah, Hifa adalah struktur menyerupai benang
yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.
Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.Sitoplasmanya
mengandungorganel eukariotik.Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding
melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel kesel
satu. Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau disebut dengan hifa
senositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak dikuti oleh pembelahan sitoplasma.Hifa pada jamur yang
bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan
organ penyerap makanan dari substrast haustoria dapat menembus jaringan
substrat (Loveless, A.R. 1989).
Ganoderma lucidumtidak memangsa dan mencerna makanan.Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen.Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin
dan senyawa kimia lainnya.Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif atau saprofit. Parasit obligat merupakan sifat
jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan diluar inangnya tidak
dapat hidup(Tjitrosoepomo. 1995)
Reproduksi pada Ganoderma
lucidumdapat secara seksual (generatif) dan
aseksual (vegetatif).Secara aseksual jamur menghasilkan spora.Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya, apabila kondisi habita sesuai jamur
memperbnayak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual.Spora
aseksual dapat terbawa ai atau angin. Apabila mendapatkan tempat yang cocok
maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewas. Reproduksi seksual
pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi.Kontak gametangium
mengakibatka terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.Singami
terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma0
dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).Setelah plasmogami terjadi,
inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk
dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam
waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhirnya inti sel melebur membentuk
sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis (Tjitrosoepomo. 1995).
Ganoderma lucidum
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang berkhasiat dan juga bermanfaat
sebagai obat tradisional, karena dapat mengobati berbagai macam penyakit
contohnya seperti jantung koroner, bronkitis, hepatitis, sakit lambung, tekanan
darah tinggi. Dan juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan masker wajah karena
lumut ini dapat menunda penuaan, atau kulit keriput (Loveless, A.R. 1989)
3.4
Marchantia polymorpha
3.4 Marchantia polymorpha
Gambar
pengamatan
|
Gambar
literatur
|
|
(Tania.2010)
|
Keterangan:
1.
Rhizoid
2.
Takik
3.
Lobus
talus
4.
Kopula
5.
Anterediofor
6.
Arkegoniofor
7.
Receptakel
3.3.2
Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisio
Marchantiophyta
Classis Marchantiopnida
Ordo Marchantiales
Familia Marchantiaceae
Genus Marchantia
Species Marchantia polymorpha
|
Marchantia polymorpha ditemukan di
seluruh dunia dari tropis sampai iklim Arktik. Tumbuh pada tanah yang lembab
dan batuan di tempat yang lembab habitat seperti tepi sungai dan kolam renang, rawa , dan gundukan cela panjang.
Lumut Ini dapattumbuh dan berkolonisasi pada tanah terbakar setelah kebakaran.
Selain itu Marchantia polymorpha ini
tumbuh di habitat buatan manusia seperti kebun, jalan dan rumah kaca dan dapat
menjadi hortikulturagulma .
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan tentang Marchantia
polymorpha yang berhabitat di Cangar Malang, mempunyai talus pada bagian
dorsal dan ventral yang berwarna hijau gelap, berbentuk pipih, mempunyai
percabangan dikotom. Pada ujung talus terdapat takik yang merupakan titik
tumbuh dari Marchantia polymorpha ini, mempunyai kopula yang berbentuk
seperti mangkuk tempat tumbuh gammae atau tunas, apabila talus telah dewasa,
pada bagian dorsal akan tumbuh gametangiofor (struktur pembawa alat kelamin)
yang berbentuk seperti payung, terdapat arkegoniofor (pembawa arkegonium) dan
anteridiofor (pembawa anteridium), gemetangiofor ini tumbuh pada talus yang
berbeda sehingga ada talus jantan (heterotalik) dan ada talus betina
(dioeccius), pada bagian ventral tumbuh banyak rhizoid.
Hasil pengamatan
sudah sesuai dengan literatur, pada literatur dijelaskan bahwa struktur luar Marchantia
polymorpha tersusun dari talus dorsi-ventral yang berwarna hijau gelap,
piph, berabang dikotom.Percabangan talus disebut lobus dari talus.Berbeda
dengan Riccia yang percabnagan talusnya membentuk pola roset, paercabangan pada
Riccia tidak memperlihatkan percabangan tertentu.Bagian tengah talus menebal
membentuk rusuk.Pada ujung talus terdapat takik yang didasarnya terdapat titik
tumbuh.Permukaan dorsal talus tersusun atas ruang-ruang udara atau aerolae yang
berbentuk trapesium. Setiap aerolne memiliki sebuah pori (lubang udara) dipermukaan
atas yang terlihat seperti titik-titi kecil. Fungdi pori udara sebagai jalan
atau lubang aerasi talus dengan penguapan seminimal mungkin. Selain itu
dipermukaan dorsal, tepatnya dibagian rusuk, sering ditemukan kupula atau
mangkuk tempat tumbuh gemmae (tunas).Jika talus telah dewasa, pada bidang
dorsal tumbuh gametangiofor (struktur pembawa alat kelamin) yang berbentuk
seperti payung.Arkegoniofor (pembawa anteredium) tumbuh pada talus yang
berbeda, sehingga ada talus jantan dan talus betina (heterotalik atau
dioeccius) (Sulisetjono.2012).
Pada bidang
ventral muncul banyak sekali rhizoidyang merupakan perpanjangan sel epidermis
bawah.Ada dua macam rhizoid yaitu rhizoid berdinding halus dan rhizoid bersekat
tidak sempurna.Yang pertama selnya lebih lebar dan dindingnya tipis, sedangkan
yang kedua selnya sempit dan dindingnya tebal, rhizoid tidak berwarna atau
tidak terliaht bening.Fungsi rhizoid adalah sebagai alat untuk menmpel atau
melekat pada substrat dan juga untuk menyerap air dan larutan garam
(Sulisetjono.2012).
Selain rhizoid
pada bidang ventral juga tumbuh sisik berbentuk pipih dan terbentuk dari banyak
sel, warnanya ungu dan biasanya tersususn dalam dua sampai empat deret pada
kedua sisi rusuk. Fungsi sisik untuk menjaga kelembaban lingkungan disekitar
talus dengan cara menyerap air(Sulisetjono.2012).
Marchantia
polymorpha adalah genus dalam suku
Marchantiaceae dari ordo Marchatiales, sekelompok lumut hati. Mereka adalah
tumbuhan sederhan tanpa akar dan tidak memilki sistem pengangkut. Mereka
termasuk lumut dan dulunya merupakan
bagian dari divisio Bryophyta, tapi sekarang mereka termasuk divisio
Marchantiophyta.
Cara
reproduksi Marchantia polymorpha dapat
dibedakan menjad reproduksi vegetataif dan reproduksi seksual
(Sulisetjono.2012):
a.
Reproduksi
Vegetatif
1.
Fragmentasi
Tergantung usia
sel-sel vegetataif. Jika sel-sel penyusun talus mati karena telah tua, maka
talus muda akan terlepas dan selanjutnya tumbuh dan akan membentuk talus baru.
2.
Adanya
Cabang-cabang Adventif
Cabang-cabang
ini bila terlepas akan tumbuh menjadi talus baru.
3.
Pembentukan
Gemmae (Tunas)
Gemmae dibentuk
didalam kupula (mangkuk).Kupula tumbuh dari sebuah sel yang berada dibelakang
titik tumbuh.Gammae berkembang dari sebuah sel yang mendasari kupula.Gammae
yang telah dewasa berbentuk seperti lensa pipih yang tersususn dari banyak sel.
Pada bidang tengah terdapat takikan dimana terletak titik tumbuh.Gammae
menempel pada dasar kupula dengan perantara tangkai pendek.Sebagaian besar sel
penyusun gammae berwarna hijau, juga ditemukan sel-sel yang mengandung minyak
(sel minyak).Selain itu pada permukaan terdapat beberapa sel yang tidak
berwarna yang disebut sel rhizoid.Pada dasar kupula, berselang-seling dengan
gammae, tumbuh rambut mucilage yang berperan dalam pelepasan gammae. Jika
lingkungan basah, sel mucilage akan menyerap air sehingga mengembang dan
mendesak gammae yang ada disebelahnya sehingga terlepas dari dasar kupula.
Lantas terbawa oleh aliran air. Jika jatuh ditempat yang cocok, sel-sel rhizoid
pada gammae akan membentuk rhizoid. Dari kedua titik tumbuh yang terdapat pad
takik akan tumbuh talus baru dengan arah tumbuh berlawanan. Jadi dari sebuah
gammae akan tu,buh dua talus baru.
b.
Reproduksi
seksual
Reproduksi
seksual terjadi sekali selama musim pertumbuhan, yaitu pada saat kelembapan
cukup tinggi, siang hari lebih panjang dari pada malam hari, dan kandungan
nitrogen pada substrat dalam keadaan rendah.
Alat kelamin
anteridium dan arkegonium tumbuh pada ujung gametangiofor, tepatnya pada
receptakel.Gametangiofor itu sendiri merupakan hasil pertumbuhan vertikal dari
sebuah sel apikal pada takik talus.Oleh sebab itu susunan anatomisnya
menyerupai talus, yaitu masih ditemukan adanya rhizoid dan ruang udara
(Tjitrosoepomo. 1995).
Reseptakel
anteridium berbentuk cakram dengan lekuk-lekuk lobus yang tidak dalam.Pada
umumnya jumlah lobus ada 8, kadang-kadang 4.Setiap lobus memiliki titik tumbuh
pada ujungnya. Sayatan vertikal reseptakel memperlihatkan sususnan anatomis
yang sama dengan talus. Ada epidermis atas, ruang udara dan porinya, Filamen
fotosintesis.Jaringan penyimpanan makanan dan pada epidermis bawa juga tumbuh
rhizoid dan sisik.Anteridium tumbuh didalam ruang anteridium yang tertanam pada
setiap permukaan setiap lobus, dalam susuna akropetal.Pada permukaan atas anteridium
terdapat lubang (ostiole) (Tjitrosoepomo. 1995).
Anteridium
tumbuh dan berkembang dari sebuah sel dibelakang titik tumbuh pada lobus
reseptakel.Pembentukan anteridium sejalan dengan pemanjangan lobus, oleh
sebabitu anteridium yang lebih tua terletak lebih kedalam dibandingkan yang
muda. Inilah yang dimaksud susunan akropetal (Birsyam,Inge, 1992)
Anteridium
dewasa berbentuk ovoid.Menempel didasar ruang anteridium dengan perantaraan
tangkai yang tersusun dari beberapa sel. Bagian terluar adalah sel-sel dinding
anteridium yang membungkus sel-sel induk androsit yang mengisi anteridium.Sel
induk androsit membelah membentuk sel androsit.Yang terakhir ini mengalami
metamorfosis menjadi spermatozoa yang memiliki 2 flagel.Pelepasan spermatozoa
jika keadaan cukup air. Air yang masuk kedalam anteridium melalui ostiole akan
diserap oleh sel-sel dinding anteridium bagian atas. Sel-sel atas tersebut
mengembang dan akhirnya pecah.Terbentuk lubang untuk keluarnya spermatozoa.
Marchantia polymorpha dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit hati atau hepatitis C,
antivirus dalam tumbuhan ini berguna untuk menangkal pertumbuhan virus pada
hati, selain itu tumbuhan ini juga bermanfaat untuk menhilangkan racun gigitan
ular pada tindakan pertama.Lumut ini berfungsi sebagai antimikroba, antivirus
dan antibakteri (Tjitrosoepomo. 1995).
3.5 Pleurotus
sp.
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
|
(Hardiansyah,
2010 )
|
|
Pembahasan
Klasifikasi Pleurotus sp. menurut Smith (1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Homobasidiomycetes
Ordo Agaricales
Familia Tricoholomataceae
Genus Pleurotus
Spesies Pleurotus sp.
Jamur
tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran
mirip cangkang tiram dengan bagian tengan agak cekung dan berwarna putih hingga
krem. Memiliki stipe yang letaknya agak ke pinggir.
Pleurotus sp. pada pengamatan
diperkirakan berukuran 12,2 cm secara keseluruhan. Dengan panjang stipe 3,2 cm,
panjang tudung 9,1 cm, dan lebar tudung 13,9 cm. Warna yang tampak pada Pleurotus sp. ini adalah putih tulang.
Dengan susunan talusnya stipe, lamela dan tudung. Lamela merupakan bagian tubuh
Pleurotus sp. yang terdiri dari hifa.
Sedangkan kumpulan dari lamela sendiri disebut dengan tudung. Tekstur Pleurotus sp. ini kenyal ketika
dipegang. Permukaan bagian depan halus tanpa lamela, namun bagian belakang
terdapat yang merupakan kumpulan dari hifa tersebut. Bentuk dari jamur tiram
ini adalah seperti kipas.
Jamur
tiram adalah jamur yang memiliki tudung mirip dengan cangkang tiram. Tubuh buah
memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (pleurotus) dan bentuknya seperti tiram
(ostreatus). Bagian tudung berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat hingga
putih dengan permukaan yang hampir licin. Miselia berwarna putih dan bisa
tumbuh dengan cepat (Tjitrosoepomo, 1989).
Berdasarkan
literatur dan hasil pengamatan, terdapat kesamaan dari morfologi jamur tiram (Pleurotus sp.). Bahwasanya bentuk tudung
dari jamur tiram ini adalah setengah lingkaran atau mirip dengan cangkang tiram
dan berwarna putih.
Jamur tiram pada umumnya mengalami
dua tipe perkembanganbiakkan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual
maupun seksual.Letaknya pada kantong spora dan sporangiumnya.Sedangkan secara
seksual reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak
sebagai gamet jantan dan gamet betina (Cambell, 1999).
Habitat dari jamur tiram dapat
dijumpai di alam bebas hampir sepanjang tahun.Tubuhnya terlihat saling
bertumpuk di permukaan batang pohon yang telah lapuk.Selain itu dapat dijumpai
pada daerah-daerah atau tanah yang lembab.
Jamur tiram enak dimakan dan
mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dibanding dengan jamur kayu lainnya,
sehingga jamur tiram dapat dijadikan alternatif makanan bergizi. Komposisinya
antara lain protein 27% lemak 1,6%, karbohidrat 58%, serat 11,5%, abu 9,3%, dan
kalori 265 Kkal (Winarni, 2002).
3.6 Marchantia emarginata
Gambar
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
Pembahasn
Klasifikasi Marchantia emarginata
menurut Smith (1935) :
Kingdom Plantae
Divisio Marchantiophyta
Classis Marchantiopsida
Ordo Marchantiales
Familia Marchantiaceae
Genus Marchantia
Spesies Marchantia emarginata
Marchantia emarginata merupakan
salah satu spesies lumut yang termasuk kedalam lumut hati.Susunan talus dari Marchantia
emarginata ini tergolong agak rumit.Berdasarkan hasil pengamatan pada Marchantia
emarginata terdapat bagian-bagian seperti takik, lubus talus, rusuk, kupula
(tunas), serta rhizoid. Panjang dari lumut yang diamati ini kurang lebih adalah
4 cm dengan lebar 3,5 cm. Marchantia emarginata berwarna hijau dan
memiliki klorofil untuk berfotosintesis.
Marchantia emarginata talusnya
agak tebal, bercabang-cabang menggarpu dan mempunyai suatu lekuk seperti yang
telah disebutkan di atas.Lekuk berada di tengah yang tidak begitu jelas
menonjol.
Marchantia emarginata tumbuh
menempel di atas permukaan tanah, pohon, atau tebing yang lembab.Marchantia
emarginata tidak memiliki batang dan daun.Marchantia emarginata bereproduksi
secara vegetatif dengan membentuk kuncup. Dari kuncup inilah akan terbentuk
tumbuhan lumut hati yang baru jenis Marchantia emarginata. Sewaktu
tumbuh, Marchantia emarginata akan membelah berkali-kali di ujungnya
sehingga nantinya tumbuhan ini seolah-olah seperti pita-pita hijau yang tumbuh
ke arah berbeda dari arah permulaannya. Marchantia emarginata akan
tumbuh mengelompok seperti pada gambar dan habitat asli ketika di temukan,
yakni di daerah atau tempat lembab yang menempel pada batu.
Kimball (1999) menyatakan tubuh dari
Marchantia emarginata ini berbentuk lembaran (talus), yang tumbuh
menempel di atas permukaan tanah, batu, pohon atau tebing yang basah.Di bagian
bawah terdapat rhizoid yang digunakan untuk menempel dan menghisap air serta
mineral, tidak berbatang dan tidak berdaun.Reproduksi vegetative dengan
membentuk gemma atau kuncup.Sementara itu, reproduksi generative dengan
membentuk gamet.Organ pembentuk gamet jantan (antheridium) dan organ pembentuk
gamet betina adalah (arkegonium), yang terpisah pada lembaran berbeda
(diocieus) atau berumah dua.
Perkembanganbiakkan seksual terjadi
melalui pembentukan arkegonium dan antheridium, biasanya tumbuh pada
arkegoniofor, sedangkan tangkai antheridium disebut anteridiofor.Lekukan pada
payung pembawa antheridium lebih dangkal dibanding payung arkegonium.Pada tiap
lekukan terdapat satu arkegonium, yang tumbuh kea rah bawah.Setelah terjadi
pembuahan terdapat zigot, sementara yang arkegoniofor terus memanjang.Zigot
tumbuh menjadi sporofit dan terbentuk “kapsul” tempat tumbuhnya spora yang
haploid. Spora yang jatuh pada tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi benang
yang tidak tentu bentuknya dan berfungsi sebagai sel pemula pembentukan
gametofit (Hidayat, 1995).
Berdasarkan beberapa literature dan
hasil pengamatan di atas, apabila dibandingkan terdapat kesamaan.Marchantia
emarginata merupakan golongan lumut hati yang tidak berdaun dan tidak
berbatang.Marchantia emarginata dapat hidup pada tempat yang lembab dan
menempel pada tanah, batu ataupun pada tebing.Di bagian bawah terdapat rhizoid
yang digunakan untuk menempel pada substratnya.
Arkegonium dan antheridium tidak
dapat ditemukan pada saat diamati.Akan tetapi pada gambar terlihat bentuk dari
arkegonium seperti payung yang memiliki lekukan tidak terlalu dangkal atau
lebih dalam dibandingkan antheridium yang payungnya memiliki lekukan dangkal.Di
bawah payung tersebut terdapat tangkai, rhizoid sebagai alat untuk melekat
substrat dan gemmae (kuncup).Marchantia emarginata merupakan lumut
berumah dua yang memiliki gametofit jantan dan gametofit betina.Kapsul pada
lumut hati ini memanjang menyerupai tanduk.Tallusnya berlobus seperti hati.
Marchantia sp. ini dapat
digunakan sebagai obat hepatitis (radang hati).Beberapa lumut (termasuk bangsa
Marchantiales) adalah miksohidrik, yaitu mengambil air dan mineral dari udara
maupun dari substratnya.Air dan mineral dari udara yang lembab berdifusi
melewati epidermis atas masuk ke daerah fotosintesis.Sedangkan air dari
substrat diserap oleh rhizoid (Prasetyo, 2004).
3.7 Coprinellus micaceus
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
Klasifikasi (Smith, 1935) :
Kingdom Fungi
Divisio Basidiomycota
Classis Agaricomycetes
Ordo
Agaricales
Familia Psathyrellaceae
Genus
Coprinellus
Spesies Coprinellus micaceus
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, dapat diketahu bahwa pada jamur jenis Coprinellus micaceus ada
bagian-nagiannya yaitutudung(bagian atas dari jamur), bilah(bagian dalam dari
tudung), tangkai buah (bagian yang memanjang) dan volva (bagian bawah dari
jamur).
Kata
micaceus berasal dari kata Latin mika, untuk "remah, butiran
garam" dan akhiran-aceus, "seperti, mirip", aplikasi modern
"mika" ke substansi sangat berbeda berasal dari pengaruh micare,
"glitter".jamur ini biasanya dikenal sebagai "cap mengkilap",
yang "mika cap" atau "cap bertinta berkilau", semua mengacu
pada partikel bertepung ditemukan pada tutup yang berkilau seperti mika (Bold,
1987).
Pada tahun
1914, Michael Levine adalah orang pertama yang melaporkan berhasil menanam Coprinellusmicaceusdari
spora di laboratorium. Dalam eksperimennya, badan buah muncul sekitar 40 sampai
60 hari setelah awalnya inokulasi media pertumbuhan (agar ditambah dengan
tanah, kotoran kuda, atau tepung jagung) dengan spora. Seperti spesies
coprinoid lainnya, Coprinellus micaceus mengalami meiosis
sinkron.Kromosom yang mudah dilihat dengan mikroskop cahaya, dan semua tahap
meiosis yang didefinisikan dengan baik.Fitur-fitur ini telah membuat spesies
alat yang berguna dalam penyelidikan laboratorium Sitogenetika basidiomycete.
Jumlah kromosom Coprinellus micaceus adalah n = 12 (Bold, 1987).
Coprinellus
micaeus digambarkan dalam ukiran kayu
dengan abad ke-16 Clusius botani Carolus dalam apa yang dibilang monografi yang
diterbitkan pertama pada jamur, 1601 Rariorum plantarum historia. Fungorum di
Pannoniis observatorum brevis historia (Sejarah tanaman langka.Sejarah Singkat
jamur diamati di Pannonia [Hungaria]).Clusius keliru percaya bahwa spesies
menjadi beracun, dan diklasifikasikan sebagai genus Jamur perniciales (jamur
yang berbahaya). Spesies ini pertama kali dijelaskan secara ilmiah oleh ahli
botani Perancis Jean Baptiste Pierre François Bulliard pada 1786 sebagai
micaceus Agaricus dalam karyanya Herbier de la France. Pada tahun 1801,
Christian Hendrik Persoon dikelompokkan bersama semua jamur gilled bahwa
auto-dicerna (deliquesced) selama debit spora ke dalam Coprinus bagian dari
genus Agaricus. Elias Magnus Fries kemudian mengangkat Coprinus bagian Persoon
untuk peringkat genus dalam bukunya Epicrisis systematis Mycologici, dan
spesies dikenal sebagai Coprinus micaceus. Ini adalah spesies jenis dari Huruf
Exannulati di bagian Micacei dari Coprinus genus, pengelompokan taksa terkait
dengan kerudung yang terbuat dari sphaerocysts (sel bengkak bulat biasanya
dibentuk dalam kelompok) secara eksklusif atau dengan tipis-filamen hifa ikat
bercampur.Studi Molekuler diterbitkan pada 1990-an menunjukkan bahwa banyak
(Coprinus seperti) jamur coprinoid yang sebenarnya tidak berhubungan satu sama
lain. Hal ini memuncak dalam revisi 2001 dari Coprinus genus, yang dibagi
menjadi empat genera, Coprinus micaeus dipindahkan ke Coprinellus
(Birsyam, 1992).
Coprinellus
micaceus adalah spesies umum jamur padafamily
Psathyrellaceae.Caprinellus micaceus biasanya tumbuh di atau dekat
tunggul pohon kayu yang membusuk atau akar pohon bawah tanah.Tergantung pada
tahap pembangunan mereka, yang cokelat-cokelat jamur topi dapat berkisar dari
bentuk oval sampai bentuk lonceng yang cembung, dan mencapai diameter hingga 3
cm (1.2 in). Topi, ditandai dengan alur radial halus yang memperpanjang hampir
ke pusat, sisanya di atas batang keputihan hingga 10 cm (3,9 in) panjang. Pada
spesimen muda, permukaan tutup seluruh dilapisi dengan lapisan halus reflektif
mika-seperti sel-sel yang memberikan inspirasi untuk kedua nama spesies jamur
dan nama-nama yang umum mika topi, topi mengkilap, dan topi bertinta
berkilauan. Meskipun kecil dan dengan daging tipis, jamur biasanya berlimpah,
karena mereka biasanya tumbuh dalam kelompok padat (Abdurrahman, 2001).
Topi ini
awalnya 1-2,5 cm (0,4-1,0 in) dengan diameter, oval untuk silinder, namun
memperluas menjadi berbentuk lonceng (berbentuk lonceng), kadang-kadang dengan
Umbo (tonjolan puting seperti pusat); akhirnya agak rata, menjadi cembung. Bila
diperluas, diameter 0,8-3,0 cm topi mencapai (0,3-1,2 dalam) dengan margin
robek menjadi sinar dan berbalik ke atas sedikit. Warnanya kuning-cokelat atau
cokelat sering dengan pusat gelap, kemudian kuning pucat.Margin topi secara
jelas berlekuk hampir semua jalan ke pusat, alur menandai posisi insang lagi
pada bagian bawah tutup.Ketika muda, permukaan topi ditutupi dengan partikel
mengkilap putih atau keputihan, sisa-sisa kerudung yang universal yang mencakup
spesimen dewasa.Partikel-partikel yang melekat longgar dan mudah hanyut,
sehingga spesimen yang lebih tua sering halus.Coprinellus micaceus
adalah hygrophanous, berarti menganggap warna berbeda tergantung pada negaranya
hidrasi (Birsyam, 1992).
Spora Coprinellus
micaceus adalah cokelat kemerahan, dengan dimensi 7-10 oleh 4,5-6 pM.
Umumnya, mereka adalah lentiform (berbentuk seperti lensa cembung ganda), tapi
dilihat dari sisi mereka tampak lebih berbentuk almond atau berbentuk
gelendong, sedangkan dalam pandangan depan mereka muncul oval atau mitriform
(kira-kira bentuk topi mitra-a memuncak) . Spora memiliki pori kuman, daerah
diratakan di tengah permukaan spora melalui mana tabung kuman mungkin muncul.
The spora-bantalan sel (yang basidia) empat-spored, klub-berbentuk, dan ukuran
10-15 oleh pM 4-7.Penelitian telah menunjukkan bahwa basidia berkembang dalam
empat generasi diskrit.Para basidia generasi pertama adalah yang paling
menonjol, dan memperpanjang keluar jarak terbesar dari permukaan hymenium
tersebut.Generasi berikutnya dari basidia memiliki tubuh lebih pendek dan
kurang menonjol. Ketika gill hidup yang dilihat dengan mikroskop, empat set
basidia dapat dilihat jelas. Arthur Buller menciptakan inaequihymeniiferous
istilah untuk menggambarkan modus pembangunan hymenial.Tujuan dari ukuran
basidia terhuyung adalah untuk memfasilitasi pelepasan spora dari hymenium
tersebut. Ada empat zona debit spora yang sesuai dengan empat set basidia, dan
basidia yang telah merilis semua spora mereka dengan cepat mulai autodigest.
Setup terhuyung-huyung meminimalkan kemungkinan spora bertabrakan dengan
basidia tetangga saat rilis (Birsyam, 1992).
Cystidia yang
terletak di sepanjang tepi tutup (disebut cheilocystidia) adalah bulat, dan
30-120 dengan 20-74 pM.Bentuk cystidia (disebut pleurocystidia) adalah elips
klub-berbentuk memanjang atau, sampai dengan 130-155 pM panjang.The
pleurocystidia menonjol dari wajah insang dan bertindak sebagai penjaga,
mencegah insang yang berdekatan dari saling menyentuh, dan juga memastikan
bahwa basidia dan spora memiliki ruang yang cukup untuk pembangunan C. micaceus
juga mungkin telah tersebar.Caulocystidia (cystidia pada batang) yang 60-100
oleh pM 5-10, tapi kehadiran mereka adalah variabel dan tidak dapat dipercaya
digunakan untuk identifikasi. Kedua De Bary dan Buller, dalam penyelidikan
mereka ke dalam struktur cystidia, menyimpulkan bahwa ada massa pusat
sitoplasma terbentuk di mana pelat tipis berbagai sitoplasma bertemu di tengah
sel. De Bary percaya bahwa lempeng proses percabangan berfilamen, tetapi Buller
berpikir bahwa mereka terbentuk dalam proses yang sama dengan dinding gelembung
busa, dan bahwa massa pusat mampu perlahan-lahan mengubah bentuk dan posisi
dengan mengubah volume relatif dari vakuola tertutup oleh dinding banyak
sitoplasma tipis. Dalam sel-sel yang lebih tua, sitoplasma mungkin terbatas ke
pinggiran sel, dengan satu vakuola besar menduduki pusat sel (Birsyam, 1992).
Sel-sel
globular yang membentuk mika-menyerupai sisik pada topi yang berwarna, berdinding
halus, dan berbagai ukuran dari sekitar 25-65 m, meskipun kebanyakan antara
40-50 m. Buller menjelaskan "glitter" sel-sel ini sebagai berikut:
"Yang berkilau dari makanan-sel, serta dari cystidia di tepi dan wajah
dari insang, hanya karena cahaya yang menyerang mereka dari luar dan dibiaskan
dan tercermin ke mata dalam cara yang sama seperti dari tetes menit air yang
begitu sering melihat di ujung daun rumput di rumput Inggris pagi setelah malam
berembun " (Misra, 1978).
Karakteristik
mikroskopis dan Sitogenetika dari Coprinellus micaceus sangat terkenal,
dan telah sering digunakan sebagai model organisme untuk mempelajari pembelahan
sel dan meiosis di Basidiomycetes.Analisis kimia dari tubuh buah telah
mengungkapkan adanya senyawa antibakteri dan enzim-menghambat. Sebelumnya
dikenal sebagai Coprinus micaceus, spesies dipindahkan ke Coprinellus
pada tahun 2001 sebagai filogenetik analisis memberikan dorongan untuk
reorganisasi dari banyak spesies sebelumnya dikelompokkan bersama di Coprinus
genus. Berdasarkan pada penampilan eksternal, Coprinellus micaceus
hampir tidak bisa dibedakan dari Coprinellus truncorum, dan telah
menyarankan bahwa koleksi dilaporkan banyak mantan mungkin yang terakhir
(Misra, 1978).
Coprinellus micaceus adalah spesies
yang dapat dimakan, dan memasak inactivates enzim yang menyebabkan
autodigestion atau deliquescence-proses yang dapat dimulai segera setelah satu
jam setelah koleksi. Hal ini dianggap
ideal untuk omelettes, dan sebagai rasa untuk saus, meskipun "sangat halus
spesies mudah dimanjakan oleh overcooking". Jamur juga menarik bagi lalat
buah Drosophila genus, yang sering menggunakan badan buah sebagai tuan rumah
untuk produksi larva (Misra, 1978).
Sebuah studi dari isi mineral dari
jamur berbagai menemukan bahwa C. micaceus mengandung konsentrasi tertinggi
kalium dalam 34 spesies diuji, dekat dengan setengah gram kalium per kilogram
jamur. Karena spesies dapat bioaccumulate.Logam berat merugikan seperti timbal
dan kadmium, telah disarankan untuk membatasi konsumsi spesimen dikumpulkan
dari tepi jalan atau situs koleksi lainnya yang mungkin terkena atau mengandung
polutan (Misra, 1978).
3.8 Parmelia sulcata
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
(Hardiansyah, 2010)
|
Klasifikasi (Smith, 1935) ::
Kingdom Fungi
Divisio Ascomycota
Classis
Lecanoromycetes
Ordo Lecanorales
Familia
Parmeliacea
Genus Parmelia
Spesies
Parmelia sulcata
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, dapat terlihat bahwa Parmelia sulcata merupakan jenis liken yang thalusnya berbentuk
seperti daun (foliosa). Warnanya hijau keabu-abuan.Habitatnya menempel pada
ranting pohon.
Bentuk thalusnya
foliosa.Warnanya biru-abu-abu (menjadi
perunggu saat tua dan semi-hampir mati), dengan mencolok, pseudocyphellae putih
membentuk jaringan pada permukaan lobus. Pada thalli tua, pseudocyphellae
berkembang menjadi tidak teratur.Biasanya ditemukan pada cabang dan
batang-batang pohon dan juga pada batu.
Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi. Genus dari Parmelia sulcata adalahPaemelia dan termasuk family Parmelia ceae. Ini adalah
jenis lumut yang sangat umum.Sering ditemukan di cabang dan ranting.Hal ini
jarang ditemukan di daerah kering dan berbatu (Soeratman, 1999).
Warna Paermelia sulcata
bervariasi, mulai dari abu-aabu pucat sampai abu-abu kehijauan.Thallusnya
berbentuk foliose yangdatar dan terdiri dari cabang-cabang yang tumpang
tindihyang erat melekat pada kulit.Hulu permukaan berwarna kehijauan abu-abu
pucat atau abu-abu ketika kering dan kehijauan abu-abu ketika basah.Bagian
punggungnya berwarna putih seperti lipatan dan bagian bawah permukaan berwarna
cokelat gelap kehitaman yang ditutupi dengan rhizines (Soeratman, 1999).
Parmelia
sulcata merupakan spesies yang paling luas dan umum.
Hal ini relative toleran terhadap pencemaran sehingga ditemukan dlam semua
kecuali daerah yang paling kotor. Namun
demikian, kajian oleh Le Blanc dan Rao (1973) menunjukkan bahwa jumlah sulfur
dioksida berkisar 0,01-0,03 bagian per juta di atmosfer mengakibatkan kerusakan
serius atau kematian dalam spesies ini (Sharnoff, 2002).
Parmelia sulcata berkembangbiak melalui tiga cara (Trisusanti, 2003) :
A. Secara
Vegetatif
Ø
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan
memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang
menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan
fragmen
Ø
Isidia. Kadang-kadang isidia lepas dari thallus
induknya yang masing-masing mempunyai simbiont. Isidium akan tumbuh menjadi
individu baru jika kondisinya sesuai
Ø
Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang
sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan yang
dapat terlepas dari induknya. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang
sama dengan induknya
B. Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan
spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual
disebut pycnidiospores. Pycnidiospores ukurannya kecil, spora yang tidak motil,
yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia ditemukan
pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka
disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur di mana
jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu
hifa jamur, jika bertemu dengan alga yang sesuai akan terjadi perkembangan
menjadi Lichenes yang baru.
C. Secara seksual
Perkembangbiakan seksual pada Lichenes hanya terbatas
pada pembiakan jamurnya saja. Jadi, yang mengalami perkembangan secara seksual
adalah kelompok jamur yang membangun tubuh Lichenes.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada Jamur
(Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut (Bryophyta) di hutan Cangar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Jenis-jenis Jamur (Fungi), Lumut Kerak
(Lichen), dan Lumut (Bryophyta) yang diamati adalah Lobaria pulmonaria,
Amanita muscaria, Ganoderma lucidum, Pleurotus sp.,Marchantia emarginata,
Parmelia sulcata, Coprinellus micaceus, Marchantia polymorpha
2.
Ciri-ciri Jamur (Fungi)
a.
Memiliki hifa
b.
Habitat di darat, tempat lembab
c.
Reproduksi aseksual dan seksual
d.
Tidak berklorofil
3.
Ciri-ciri Lumut Kerak (Lichen)
a.
Reproduksi aseksual dan seksual
b.
Saprofit pada tumbuhan lain
c.
Simbiosis dari alga dan jamur
d.
Terdiri dari 3 bentuk : foliosa, kruktosa dan
fruktikosa
4.
Ciri-ciri Lumut (Bryophyta)
a.
Memiliki klorofil
b.
Habitat di zona peralihan
c.
Reproduksi seksual dan aseksual
d.
Tubuhnya berbentuk talus